Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Senin (3/7/2023) menjelang serangkaian laporan aktivitas manufaktur yang dirilis di wilayah tersebut.
Dikutip dari CNBC, indeks manajer pembelian manufaktur Caixin China akan rilis pada Senin, 3 Juli 2023. Ekonom yang disurvei oleh Reuters berharap melihat sedikit ekspansi meski data resmi pemerintah mencatat kontraksi bulan ketiga berturut-turut.
Baca Juga
Survei pribadi untuk aktivitas pabrik di Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan India akan rilis awal pekan ini serta untuk beberapa negara di kawasan ASEAN.
Advertisement
Indeks Nikkei Jepang memimpin kenaikan di wilayah tersebut dan naik 1,26 persen lebih tinggi. Indeks Topix bertambah 1,1 persen. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,98 persen dan indeks Kosdaq melejit 1,3 persen.
Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,2 persen, seiring investor menanti keputusan bank sentral Australia. Poling ekonom oleh Reuters, bank sentral diharapkan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,35 persen.
Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada di posisi 18.932. Sedangkan pada penutupan perdagangan sebelumnya di posisi 18.916,43.
Pada perdagangan Jumat, 30 Juni 2023, tiga indeks saham acuan menguat di wall street. Indeks Nasdaq menguat 1,45 persen. Indeks S&P 500 bertambah 1,23 persen. Indeks Dow Jones melesat 0,84 persen.
Sementara itu, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen akan bertemu dengan pejabat senior China pekan ini di Beijing. Departemen Keuangan mengatakan Yellen akan membahas bagaimana Amerika Serikat dan China dapat mengelola hubungan secara bertanggung jawab.
"Berkomunikasi langsung tentang bidang-bidang yang menjadi perhatian, dan bekerja sama untuk mengatasi tantangan global,” tulis Departemen Keuangan.
Adapun Departemen Keuangan mengatakan akan memberikan rincian lebih lanjut tentang perjalanan Yellen ke depan.
Bursa Saham Asia Pasifik Bervariasi
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Selasa, 27 Juni 2023 setelah aksi jual saham teknologi terjadi di wall street. Saham Tesla turun 6 persen setelag Goldman Sachs menurunkan rekomendasi saham Tesla karena terhambat harga.
Dikutip dari CNBC, saham teknologi lainnya yakni saham Mvidia, Alphabet, dan Meta merosot lebih dari 3 persen. Di sisi lain, indeks Hang Seng naik 2 persen, dan pimpin penguatan di Asia Pasifik.
Bursa saham China juga berada di zona positif. Indeks Shanghai naik 1,2 persen ke posisi 3.189,44. Indeks Shenzhen bertambah 0,97 persen ke posisi 10.978,08.
Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,56 persen ke posisi 7.118,2. Di Jepang, indeks Nikkei melemah 0,49 persen menjadi 32.538,33. Indeks Topix terpangkas 0,28 persen ke posisi 2.253,8.
Indeks Kospi Korea Selatan mendatar di posisi 2.581,39. Indeks Kosdaq susut 0,61 persen ke posisi 874,14.
Advertisement
Penutupan Wall Street 30 Juni 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menghijau pada perdagangan Jumat, 30 Juni 2023. Saham-saham teknologi yang melanjutkan penguatan angkat indeks acuan.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melesat 285,18 poin atau 0,84 persen ke posisi 34.407,60. Indeks S&P 500 menanjak 1,23 persen ke posisi 4.450,38. Indeks Nasdaq melesat 1,45 persen ke posisi 13.787,92.
Saham teknologi kapitalisasi besar menjadi faktor utama kenaikan indeks saham pada 2023 yang naik signifikan pada Jumat, 30 Juni 2023.
Produsen chip kecerdasan buatan yang dominan dengan saham Nvidia melonjak 3,6 persen. Dengan demikian, saham Nvidia melesat 189 persen. Saham Netflix bertambah 2,9 persen. Saham Meta, Microsoft dan Amazon masing-masing naik 1,9 persen, 1,6 persen dan 1,9 persen.
Saham Apple melesat 2,3 persen sehingga membawa kapitalisasi pasar di atas USD 3 triliun. Di sisi lain, saham Nike melawan tren pasar. Saham Nike melemah 2,7 persen setelah melaporkan laba kuartalan yang lebih lemah dari perkiraan.
Sementara itu, perdagangan Jumat, 30 Juni 2023 menandai hari penting bagi investor. Seiring akhir dari semester pertama 2023. Growth stock yang terpukul pada 2022 berbalik arah menguat seiring prospek kecerdasan buatan dan harapan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengakhiri pengetatan kebijakan moneternya. Hal itu menjadi katalis positif untuk saham teknologi.
Terlepas dari kenaikan yang kuat ini, sejumlah pihak di wall street prediksi volatilitas pada semester II 2023 dan kemungkinan aksi ambil untung dari investor yang diuntungkan dari reli tersebut.
Analis Wells Fargo Securities, Anna Han menuturkan, hal ini ditambah dengan perubahan secara teknikal yang dapat menyebabkan indeks saham sideways.
“Secara teknikal memberi tahu reli yang dipimpin ubercap ini baru saja diperpanjang. Ini mencapai level jenuh beli. Kami yakin sudah saatnya perdagangan itu berhenti sejenak,” ujar dia.
Kinerja Wall Street
Berikut kinerja indeks saham pada semester I 2023:
Juni 2023:
Indeks S&P 500 naik 6,5 persen, dan catat kinerja bulanan terbaiknya sejak Oktober 2022. Indeks Nasdaq melesat 6,6 persen. Dua indeks acuan tersebut membukukan bulan positif selama empat kali berturut-turut. Indeks Dow Jones bertambah 4,6 persen, dan catat bulan terbaik sejak November.
Kuartal II 2023:
Indeks S&P 500 bertambah 8,3 persen, dan catat kenaikan kuartal selama tiga kali berturut-turut, dan catat kenaikan kuartalan terbesar sejak kuartal IV 2021. Indeks Nasdaq melambung 12,8 persen. Indeks Dow Jones melesat 3,4 persen.
Semester I 2023:
Indeks S&P 500 melambung 15,9 persen pada paruh pertama terbaik sejak 2019. Indeks Nasdaq melesat 31,7 persen, dan membukukan kinerja terbaik selama semester I sejak 1983. Indeks Dow Jones melejit 3,8 persen.
Tiga indeks acuan tersebut membukukan kinerja mingguan dengan masing-masing melesat lebih dari 2 persen.
Selain itu, wall street juga mendapatkan petunjuk lain dari berita inflasi yang menggembirakan seiring indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, ukuran yang diawasi ketat oleh the Federal Reserve (the Fed) naik dari yang diperkirakan pada Mei 2023.
“Ini adalah berita bagus tentang perjuangan melawan inflasi,” ujar Managing Partner for Harris Financial Group, Jamie Cox.
“Jika Anda tidak percaya disinflasi sedang terjadi, Anda tidak memperhatikan. The Fed berhenti sejenak dan perlu bertahan pada level ini untuk mencegah koreksi berlebihan dan menyebabkan resesi yang tidak perlu untuk melawan inflasi yang sekarang terkendali,” tutur dia.
Advertisement