Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada sisa paruh kedua 2023 diperkirakan masih akan terjaga positif. Bersamaan dengan itu, Economist CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Wisnu Trihatmojo juga optimistis pasar modal Indonesia akan mencatatkan kinerja serupa.
"Jadi di semester II 2023, ekonomi Indonesia masih tetap baik, dan IHSG diperkirakan akan meningkat," kata Wisnu dalam Money Buzz, Selasa (25/7/2023).
Baca Juga
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Wisnu mengatakan salah satu pendorong utama yakni adanya momentum Lebaran dan mudik tanpa PPKMÂ pada 2023. Di mana dampak mobilitasnya terpecah antara kuartal I dan kuartal II 2023.
Advertisement
"Jadi ini mungkin akan menjadi faktor yang mengkonsep aspek kalender dari pertumbuhan ekonomi," imbuh Wisnu.
Di sisi lain, Wisnu mencatat investasi utamanya pada sektor bangunan dan konstruksi turun dalam beberapa kuartal terakhir. Hal ini tak lepas dari sentimen pemilihan umum (pemilu) yang akan digelar Februari 2024 mendatang. Menurut dia, investor saat ini lebih banyak wait and see.
"Kalau pemilu ya biasanya investor atau pelaku pasar modal akan wait and see dulu untuk melihat bagaimana pemilu berjalan," kata Wisnu.
Selain pemilu, sentimen lain yang bisa diperhatikan pada paruh kedua tahun ini adalah adanya potensi El Nino. Menurut penjelasan BMKG, El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
"Jadi BMKG memperkirakan bahwa Indonesia akan masuk periode kering ada perubahan iklim dari yang tadinya basah lalu menjadi kering. Salah satu hal yang di kawatirkan terjadi kekeringan ini akan menyebabkan gagal panen sehingga menyebabkan harga pangan akan meningkat," ujar Wisnu.
Â
Â
Target IHSG
Meski dibayangi sejumlah sentimen itu, Wisnu optimistis pasar modal RI akan tumbuh positif pada akhir 2023 dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan mencapai level 7.500.
"Berdasarkan tim riset kami, kami memperkirakan akan mencapai kisaran 7.250 pada akhir tahun 2023. Ini ada kenaikan sebesar kurang lebih 5 persen dari angka sekarang. Catatannya, kalau nanti benar Indonesia bisa menarik dana asing dari China menuju Indoneiisa, kemungkinan bisa meningkat lagi ke 7.500," kata Wisnu dalam Money Buzz, Selasa, 25 Juli 2023.
IHSG ditutup merah pada perdagangan akhir Juni 2023. IHSG turun 0,04 persen ke posisi 6.661,879 dari penutupan sebelumnya. Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), IHSG turun 2,76 persen sepanjang paruh pertama tahun ini. Namun didukung optimisme pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua 2023, Wisnu optimis IHSG bisa menembus level 7.500.
Â
Advertisement
IHSG Diramal Tembus 7.500 pada Akhir 2023, Saham-Saham Ini Boleh Dilirik
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bisa mencapai level 7.500 pada akhir 2023. Hal itu akan didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Economist CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Wisnu Trihatmojo mengatakan, beberapa hal yang bisa mengerek IHSG salah satunya pertumbuhan ekonomi domestik pada paruh kedua 2023.
"Berdasarkan tim riset kami, kami memperkirakan akan mencapai kisaran 7.250 di akhir tahun 2023. Ini ada kenaikan sebesar kurang lebih 5 persen dari angka sekarang. Catatannya, kalau nanti benar Indonesia bisa menarik dana asing dari China menuju Indoneiisa, kemungkinan bisa meningkat lagi ke 7.500," kata Wisnu dalam Money Buzz, Selasa (25/7/2023).
IHSG ditutup merah pada perdagangan akhir Juni 2023. IHSG turun 0,04 persen ke posisi 6.661,879 dari penutupan sebelumnya. Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), IHSG turun 2,76 persen sepanjang paruh pertama 2023. Namun, didukung optimisme pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua 2023, Wisnu optimis IHSG bisa menembus level 7.500.
"Jadi saya pikir ini akan sangat bergantung dengan pertumbuhan ekonomi semester II dan bagaimana investor melihat pemerintah Indonesia mencoba untuk mendorong pertumbuhan, terutama dari sisi pemilu," imbuh dia.
Â
Saham Pilihan
Seperti diketahui, tahun depan Indonesia akan menggelar pemilihan umum (pemilu) serentak. Secara historis, musim pemilu memang akan mendongkrak kinerja beberapa emiten terutama sektor konsumer sebagai konsekuensi dari aliran dana kampanye. Sektor ini pun menjadi salah satu rekomendasi Wisnu dengan emiten yang dijagokan adalah Mayora Indah Tbk (MYOR).
"Rekomendasi tim kami prefer ke mid-cap karena alokasi dana dari Asset Management itu untuk saham-saham big cap sudah mentok. Artinya mereka harus alokasikan sebagian untuk saham-saham mid cap. Ada big cap juga, terutama perbankan itu ada BBRI, BMRI, BBCA. MYOR untuk konsumer yang tersengat sentimen pemilu," beber Wisnu.
Lalu non bank ada saham Astra International Tbk (ASII). Sementara pada perusahaan mid-cap ada BFI Finance Tbk (BFIN), lalu Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), Ciputra Development Tbk (CTRA), MYOR dan Ciputra Development Tbk Tbk (EXCL).
Â
Advertisement