Liputan6.com, Jakarta - PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) bakal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 7 Desember 2023. Perusahaan tersebut mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-79 di BEI pada 2023.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (7/12/2023), Maja Agung Latexindo mencatatkan saham perdana dengan kode saham SURI.
Baca Juga
Maja Agung Latexindo mencatatkan saham di papan pengembangan dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 1,26 miliar saham. Lalu, emiten dengan kode saham SURI akan mencatatkan saham sejumlah 6,33 miliar saham.
Advertisement
Adapun, harga penawaran saham senilai 170 per saham. Dengan demikian, perseroan berhasil meraup dana sebanyak Rp 215,36 miliar.
Dalam melancarkan aksinya, Perseroan telah menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan sekitar 49,45% akan digunakan sebagai belanja modal (Capital Expenditure/capex) dan sekitar 50,55% akan digunakan sebagai Operational Expenditure (OPEX)
IPO Maja Agung Latexindo
Sebelumnya diberitakan, PT Maja Agung Latexindo Tbk, perusahaan yang bergerak dalam bidang produsen sarung tangan Latex bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mengutip laman e-ipo, Senin, 13 November 2023, Maja Agung Latexindo melepas sebanyak-banyaknya 1.266.875.000 saham biasa atas nama, atau sebesar 20,00 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp20 setiap saham.
Saham baru tersebut ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp 160-Rp 170 setiap saham. Dengan demikian, Perseroan bakal meraup dana segar sekitar Rp202,7 miliar hingga Rp215,36 miliar.
Dana IPO
Dalam melancarkan aksinya, calon emiten dengan kode saham SURI telah menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Sementara itu, seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO saham ini, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan digunakan sekitar 49,45 persen akan digunakan sebagai belanja modal. Selain itu, sekitar 50,55 persen akan digunakan sebagai operational expenditure (opex).
Usai IPO, Maja Agung Latexindoberencana untuk membagikan dividen kas sebanyak-banyaknya sampai dengan 50 persen dari laba bersih tahun berjalan setelah menyisihkan untuk cadangan wajib mulai tahun buku 2023.
Advertisement
64 Perusahaan Bakal IPO, Ada yang Jumbo?
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut masih ada 64 rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di pipeline penghimpunan dana di pasar modal.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menuturkan, dari 64 rencana IPO tersebut terdapat lima perusahan yang memiliki nilai indikasi di atas Rp 500 miliar.
"Sampai saat ini masih terdapat pipeline di pipeline ada 64 perusahaan yang di pipeline OJK dan lima di antaranya itu memiliki nilai indikasi di atas Rp 500 miliar,” kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK November 2023, Senin (4/12/2023).
Meski demikian, ia menegaskan, hal tersebut merupakan indikasi awal dan OJK pun belum mengetahui kondisi 2024 akan seperti apa dikarenakan bergantung dengan situasi global.
Di samping itu, penghimpunan dana di pasar modal masih relatif tinggi Rp 230,59 triliun. Hal itu tercermin dari emiten baru yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 74 emiten hingga 30 November 2023. Alhasil, penghimpunan dana per November 2023 telah memenuhi capaian target 2023.
Sementara itu, dari Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga 4 Desember 2023, ada 78 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp 53,92 triliun. "Hingga saat ini, terdapat 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna.
Adapun klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada di dalam pipeline antara lain satu perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar), 15 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar). Selanjutnya 10 perusahaan aset skala besar (Aset di atas Rp 250 miliar).
OJK Optimistis Penghimpunan Dana di Pasar Modal Rp 200 Triliun Bakal Tercapai
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis nilai penghimpunan dana di pasar modal Indonesia dapat mencapai Rp 200 triliun hingga akhir 2023. Ini mengingat, hingga kini sudah tercapai sekitar Rp 190 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, pihaknya berharap target penghimpunan dana ini akan tercapai. Bahkan, ia juga berharap bisa melebihi target yang telah ditetapkan.
"Mudah-mudahan kami optimis tahun ini akan tercapai target tersebut mungkin bisa lebih," kata Inarno dalam konferensi pers, Senin (10/9/2023).
Di sisi lain, ia menyebut, pasar saham Indonesia sampai dengan 29 September 2023 melemah tipis sebesar 0,19 persen mtd ke level 6.939,89 (Agustus 2023: 6.953,26), dengan non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp4,06 triliun mtd utamanya akibat transaksi crossing (Agustus 2023: outflow Rp20,10 triliun mtd).
"Beberapa sektor di IHSG pada September 2023 masih dapat menguat diantaranya sektor barang baku dan sektor energi,” ujar dia.
Advertisement
Kinerja IHSG
Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 1,30 persen dengan non-resident membukukan net sell sebesar Rp5,24 triliun (Agustus 2023: net sell sebesar 1,18 triliun ytd). Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham di September 2023 meningkat menjadi Rp11,36 triliun mtd dan Rp10,49 triliun ytd (Agustus 2023: Rp11,20 triliun mtd dan Rp10,38 triliun ytd).
Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN membukukan outflow investor asing sebesar Rp23,30 triliun mtd (Agustus 2023: outflow Rp8,89 triliun mtd), sehingga mendorong kenaikan yield SBN rata-rata sebesar 26,54 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 15,38 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp60,81 triliun ytd.
Di pasar obligasi korporasi, indeks pasar obligasi ICBI melemah 1,18 persen mtd tetapi secara ytd masih menguat 5,91 persen ke level 365,17 (Agustus 2023: menguat 0,09 persen mtd dan 7,17 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp349,15 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp911,13 miliar.
Pengelolaan Investasi
Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi tercatat sebesar Rp838,18 triliun (naik 1,29 persen ytd), dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per 27 September 2023 tercatat sebesar Rp507,98 triliun atau turun 1,02 persen (mtd).
Selain itu, investor reksa dana membukukan net subscription sebesar Rp0,96 triliun (mtd). Secara ytd, NAB meningkat 0,62 persen dan tercatat net subscription sebesar Rp9,54 triliun.
Minat penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi yaitu tercatat sebesar Rp 190,02 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 67 emiten. Di pipeline, masih terdapat 89 rencana Penawaran Umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 41,21 triliun dan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 58 perusahaan.
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding(SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 29 September 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 456 Penerbit, 161.660 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 975,13 miliar.
Advertisement