Simak Rekomendasi Saham di Ramadan, Bisa Jadi Peluang Investasi

Jelang ramadan, beberapa sektor saham menguat, utamanya yang berkaitan dengan konsumsi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Mar 2024, 13:17 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2024, 13:17 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Jelang ramadan, beberapa sektor saham menguat, utamanya yang berkaitan dengan konsumsi. . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Jelang ramadan, beberapa sektor saham menguat, utamanya yang berkaitan dengan konsumsi. Kali ini, Liputan6.com mengulas prospek saham konsumer non siklik.

Secara historis, sektor ini merasakan sentimen positif dari Ramadan. Adapun beberapa sub sektor yang masuk sektor konsumer non siklik seperti makanan olahan, sub sektor ikan, daging, produk unggas, perkebunan dan tanaman pangan.

"Seasonal, jelang dan pada Ramadhan Idul Fitri support kepada emiten consumer non-cyclical. Apalagi pemilu relatif sukses dan hasil pilpres juga cukup direspon positif pasar," kata Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono kepada Liputan6.com, Senin (11/3/2024).

Bersamaan dengan itu, Wahyu menilai kondisi fundamental domestik juga cukup terjaga sehingga kondisi ini menjadi sangat potensial untuk emiten konsumer non siklik. Beberapa emiten pilihan Wahyu, di antaranya ada PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO).

"WAPO. Emiten ini cukup menonjol kinerjanya. Level harga 150-200 masih relevan untuk saat ini. Terkait seasonal Ramadan dan Idul Fitri, WAPO pilihan atas," kata Wahyu.

WAPO ditutup turun 3,39 persen ke posisi 114 pada Jumat, 8 Maret 2024. Meski begitu, WAPO naik 2,70 persen dalam sepekan. Sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), WAPO naik 25,27 persen.

Berdasarkan laporan keuangan terakhir yang disampaikan perseroan, per 30 September 2023 WIPO membukukan penjualan Rp 252,42 miliar. Naik 3,67 persen dibandingkan September 2022 yang sebesar Rp 243,48 miliar. Dari raihan itu, perseroan berhasil membalikkan posisi dari rugi Rp 1,17 miliar per September 2022 menjadi untung Rp 558,37 juta pada September 2023.

Saham KINO

Saham pilihan selanjutnya, PT Kino Indonesia Tbk (KINO). Pada Jumat lalu, saham KINO ditutup turun 1,06 persen ke posisi 1.400. Dalam sepekan, saham KINO turun 0,36 persen. Namun secara YTD, saham KINO masih naik 10,67 persen.

"Kino lebih stabil. Cocok untuk scalping di kisaran 1.200-1.600," kata Wahyu.

Per 30 September 2023, KINO membukukan penjualan RP 2,95 triliun. Naik 4 persen dibanding September 2022 yang tercatat sebesar Rp 2,83 triliun.

Dari raihan itu, KINO berhasil membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 62,97 miliar. Ini berbalik dari rugi yang dicatatkan per September 2022 sebesar Rp 250,23 miliar.

"CMRY juga mantap, kisaran 4.400-5.000. Lalu FOOD rebound cukup stabil, potensi 200-300," sebut Wahyu.

PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) atau Cimory ditutup naik 4,55 persen ke posisi 4.600 Jumat lalu. Dalam sepekan, CMRY naik 8,75 persen dan naik 14,71 persen YTD.

Cimory membukukan penjualan Rp 7,77 triliun. Pendapatan ini naik 21,86 persen dari penjualan 2022 yang tercatat sebesar Rp 6,38 triliun. Dari raihan itu, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,24 triliun pada 2023. Laba ini naik 17,08 persen dari Rp 1,06 triliun yang dicatatkan pada 2022.

 

Sentra Food Indonesia

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) ditutup stagnan atau mengalami perubahan 0,00 persen di posisi 111 pada Jumat. Dalam sepekan, saham FOOD turun 3,48 persen. MEski begitu, saham FOOT masih naik 7,77 persen sejak awal tahun.

Per September 2023, FOOD membukukan penjualan bersih Rp 57,77 miliar, turun 11,18 persen dibandingkan penjualan pada September 2022 yang tercatat sebesar Rp 65,04 miliar. Meski begitu, perseroan berhasil menekan dari sisi beban, sehingga kerugian per September 2023 turun menjadi Rp 6,66 miliar dari Rp 12,61 miliar pada September 2022.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya