Bursa Saham Asia Lesu Ikuti Wall Street, Indeks Kospi Melemah 1,8%

Indeks Kospi di Korea Selatan terpangkas 1,8 persen jelang akhir pekan, dan memimpin penguatan di bursa saham Asia pada perdagangan Kamis, 18 April 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Apr 2024, 08:49 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2024, 08:49 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat (19/4/2024) mengikuti wall street yang tertekan.(AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat (19/4/2024) mengikuti wall street yang tertekan.

Dikutip dari CNBC, pelaku pasar juga akan mencermati saham chip setelah raksasa produsen chip Taiwan Semiconductor Manufacturing Corp merilis laporan keuangan pada kuartal I.

Di sisi lain, Jepang merilis inflasi data inflasi dengan inflasi utama 2,7 persen, turun dari 2,8 persen pada Februari 2024. Inflasi inti yang tidak termasuk harga makanan segar berada di posisi 2,6 persen, dan sesuai harapan ekonom yang disurvei Reuters.

Indeks acuan Nikkei 225 di Jepang melemah 1,88 persen setelah pembacaan inflasi. Indeks Topix tergelincir 1,3 persen.

Indeks Kospi di Korea Selatan terpangkas 1,8 persen, dan memimpin penguatan di Asia pada perdagangan Kamis kemarin. Indeks Kosdaq merosot 1,34 persen. Di Australia, indeks ASX melemah hampir 1 persen.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.355, lebih lemah dari penutupan perdagangan sebelumnya di posisi 16.385,87.

Di wall street, tiga indeks saham acuan bervariasi. Indeks S&P 500 merosot 0,22 persen. Indeks Nasdaq susut 0,52 persen. Indeks Dow Jones bertambah 0,06 persen.

Indeks S&P 500 melemah dalam lima hari berturut-turut hingga perdagangan Kamis pekan ini, dan catatkan penurunan beruntun terpanjang sejak Oktober 2023. Indeks S&P 500 merosot 0,22 persen ke posisi 5.011,12.

Indeks Nasdaq terpangkas 0,52 persen ke posisi 15.601,50. Indeks Dow Jones bertambah 22,07 poin atau 0,06 persen ke posisi 37.775,38, dan masih ditutup tepat di atas garis mendatar pada 2024.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penutupan Bursa Asia pada 18 April 2024

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis, 18 April 2024 berlawanan dengan wall street. Di wall street, indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah dalam empat hari.

Dikutip dari CNBC, saham teknologi tertekan yang didorong saham Nvidia merosot hampir 4 persen, saham Netflix tergelincir, Meta, Apple dan Microsoft juga tertekan. Sektor saham teknologi catat kinerja terburuk di S&P 500. Sektor saham teknologi susut 1,7 persen.

“Saya rasa investor mulai melihat bagian lain yang masih baik dan memangkas kepemilikan yang nilainya tinggi,” ujar Senior Investment Strategist Charles Schwab, Kevin Gordon.

Sementara itu, indeks ASX 200 menguat 0,48 persen ke posisi 7.642,1. Indeks acuan menguat usai rilis data pengangguran yang naik 3,8 persen pada Maret 2024. Angka pengangguran ini lebih rendah dari perkiraan Reuters 3,9 persen.

Indeks Kospi di Korea Selatan bertambah 1,95 persen ke posisi 2.634,7. Indeks Kosdaq menguat 2,72 persen ke posisi 855,65.

Indeks Nikkei 225 di Jepang bertambah 0,31 persen. Indeks Topix naik 0,54 persen ke posisi 2.677,45. Indeks Hang Seng melambung 1 persen dan indeks CSI 300 menguat 0,12 persen ke posisi 3.569,8.


Sentimen Ini Bakal Bayangi Wall Street Selama Sepekan

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot selama sepekan seiring kekhawatiran inflasi yang tinggi dapat mencegah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga.

Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Selasa (16/4/2024), pada pekan lalu, indeks Nasdaq turun 0,6 persen. Indeks S&P 500 terpangkas lebih dari 1,6 persen. Indeks Dow Jones merosot hampir 2,5 persen yang didorong kemerosotan saham bank pada Jumat pekan lalu. Hal itu seiring laporan laba bank yang gagal mengesankan investor.

Pada pekan ini, investor akan hadapi sejumlah rilis laporan keuangan perusahaan Amerika Serikat. Bank of America, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley akan merilis laporan keuangan. Demikian juga United Airlines dan Netflix menyampaikan laporan keuangan pekan ini.

Sementara itu, dari data ekonomi, pembaruan penjualan Maret dijadwalkan pada Senin pekan ini.

Pekan lalu pasar hadapi data pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan membuat semakin banyak ekonom yang mempertanyakan apakah the Federal Reserve (the Fed) akan menurunkan suku bunga pada Juni.

Setelah data inflasi selama sepekan menunjukkan kenaikan harga yang tidak menurun secepat yang diharapkan banyak orang, ekonom kini melihat the Fed pertahankan suku bunga acuan stabil hingga musim guhur.

Tim ekonom Bank of America dan Deutsche Bank yang sebelumnya melihat pelonggaran pada awal musim panas, kini yakin the Fed bakal pangkas suku bunga untuk pertama kalinya pada Desember. Hal ini berarti pemangkasan suku bunga hanya satu kali pada 2024.

Ekonom Bank of America, Michael Gapen menuturkan, pihaknya tidak lagi melihat pengambil kebijakan akan mendapatkan kepercayaan diri yang diperlukan untuk mulai memangkas suku bunga pada Juni.

 

 


Inflasi Bakal Tetap Kuat

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

“Kami memperkirakan inflasi akan relatif tetap kuat dalam waktu dekat. Kami perkirakan 0,25 persen m/m untuk inflasi inti pada Maret dan April. Hal ini akan membuat penurunan pada awal Juni atau September tidak mungkin terjadi tanpa adanya tanda-tanda jelas dari kemunduran pasar tenaga kerja,” kata Gapen.

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus kini prediksi dua kali penurunan suku bunga pada 2024. Ekonom Deutsche Matthew Luzzetti mencatat, perkraan kebijakan moneter yang lebih ketat itu mungkin tidak akan membuahkan hasil pada 2024.

““Data inflasi yang lebih mengecewakan atau hasil pemilu yang memberikan stimulus fiskal dan/atau kebijakan yang dapat mengangkat inflasi (misalnya, kebijakan perdagangan atau imigrasi) akan menjadi alasan untuk tidak adanya penurunan suku bunga pada tahun ini dan memasuki tahun 2025,” tulis Luzzetti.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya