Liputan6.com, Jakarta - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel telah merealisasikan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) hingga USD 15 juta atau setara Rp 246,1 miliar (asumsi kurs Rp 16.412 per dolar AS).
Direktur Keuangan Harita Nickel, Suparsin Darmo Liwan mengatakan sepanjang 2024, perseroan menganggarkan belanja modal hingga USD 70 juta atau setara Rp 1,1 triliun.
Baca Juga
"Untuk realisasi kuartal I 2024 kurang lebih di hampir seperempatnya, ini masih in line. Jadi, kami total Capex di kuartal I 2024 sekitar 10 sampai 15 juta dolar AS,” ujar Suparsin dalam Public Expose NCKL, Kamis (27/6/2024).
Advertisement
Terkait kinerja pada kuartal pertama 2024, Suparsin mengungkapkan perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6,03 triliun (Unaudited), Nilai ini naik 26 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 sebesar Rp 4,7 triliun.
Sedangkan untuk laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk pada kuartal I 2024 sebesar Rp 1 triliun, turun 27 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 1,36 triliun.
"Penurunan laba murni karena penurunan harga nikel. Laba bersih turun karena laba entitas asosiasi kami HPAL alami penurunan besar. Ini secara produksi tak ada peningkatan karena kapasitas HPAL sudah 100 persen dan karena ada harga jual menurun,” pungkas Suparsin.
Pada penutupan perdagangan Kamis, 27 Juni 2024, harga saham NCKL naik 1 persen ke posisi Rp 1.010 per saham. Harga saham NCKL dibuka stagnan di posisi Rp 1.000 per saham. Harga saham NCKL berada di level tertinggi Rp 1.020 dan terendah Rp 990 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.143 kali dengan volume perdagangan 463.255 saham. Nilai transaksi Rp 46,5 miliar.
Harita Nickel Buyback Saham, Siapkan Dana Rp 1 Triliun
Sebelumnya, emiten tambang dan pemrosesan nikel, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), menyetujui untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback saham.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 29 Tahun 2023, Perseroan akan mengalokasikan maksimal sebesar Rp 1 triliun untuk rencana pembelian kembali saham ini, dengan jangka waktu pelaksanaan dalam 12 (dua belas) bulan setelah diperolehnya persetujuan.
Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy mengatakan aksi pembelian saham kembali ini karena harga saham perseroan saat ini tidak mencerminkan kondisi perseroan saat ini.
“Karena ini, manajemen merencanakan buy back sampai sebesar-besarnya Rp 1 triliun dengan waktu 1 tahuN ke depan sejak disetujui,” kata Roy dalam Public Expose, Kamis (27/6/2024).
Soal Right Issue
Terkait rencana Right Issue, Roy menjelaskan ada 3 investor strategis yang sudah menyelesaikan proses due diligence dengan perseroan.
“Selanjutnya kami dalam tahap diskusi kondisi-kondisi permintaan untuk masuk jadi pemegang saham di NCKL,” jelasnya.
Advertisement
Bagaimana Kinerja Harita Nickel?
Harita Nickel juga memaparkan kinerja operasional dan keuangan Perseroan, serta berbagai proyek pengembangan yang sedang berjalan.
Pada kuartal pertama tahun 2024, produksi tambang mencapai 5,88 juta wet metric ton (wmt), meningkat 38% dari periode yang sama di tahun sebelumya.
Produksi tambang berasal dari 2 tambang yang telah beroperasi (PT. TBP dan PT. GPS) di mana tiga tambang lainnya (PT. JMP, PT. OAM dan PT. GTS) masih dalam tahap eksplorasi.
Bagaimana Kinerja Keuangan 2023?
Sebelumnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau disebut Harita Nickel mencatat kinerja keuangan positif pada 2023. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan pendapatan dan laba pada 2023 yang didukung kenaikan produksi dan efisiensi operasional.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/4/2024), PT Trimegah Bangun Persada Tbk meraup pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp 23,85 triliun pada 2023. Pendapatan tumbuh 149,3 persen dibandingkan 2022 sebesar Rp 9,56 triliun.
Pertumbuhan pendapatan mendorong laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 5,61 triliun pada 2023. Laba tersebut tumbuh 20,4 persen dari 2022 sebesar Rp 4,66 triliun. Perseroan membukukan total laba Rp 7,06 triliun sepanjang 2023, naik 54,02 persen dibandingkan 2022 sebesar Rp 4,58 triliun.
Perseroan mencatat beban pokok penjualan senilai Rp 8,27 triliun pada 2023. Beban pokok penjualan bertambah 218,4 persen dari 2022 sebesar Rp 4,89 triliun. Meski demikian, Perseroan membukukan laba bruto sebesar Rp 8,27 triliun, naik 77 persen dari 2022 sebesar Rp 4,67 triliun.
Selain itu, beban penjualan, umum dan administrasi naik menjadi Rp 1,44 triliun pada 2023 dibandingkan 2022 sebesar Rp 889,91 miliar. Laba usaha tercatat 76,3 persen menjadi Rp 7,023 triliun pada 2023 dari 2022 sebesar Rp 3,98 triliun.Seiring kinerja tersebut, Harita Nickel membukukan laba per saham dasar sebesar Rp 92,39 pada 2023 dari 2022 sebesar Rp 84,70.
Total ekuitas tercatat Rp 28,39 triliun pada 2023. Ekuitas naik 99,5 persen dari 2022 sebesar Rp 14,22 triliun. Liabilitas Perseroan turun 17 persen menjadi Rp 16,89 triliun pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 20,37 triliun.
Aset Perseroan naik 30,87 persen dari Rp 34,60 triliun pada 2022 menjadi Rp 45,28 triliun pada 2023. Perseroan kantongi kas dan bank sebesar Rp 3,93 triliun pada 2023 dari 2022 sebesar Rp 1,27 triliun.
Advertisement