OJK Bocorkan soal Short Selling BEI, Siap Meluncur Oktober 2024

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan informasi terbaru terkait mekanisme Short Selling yang akan diluncurkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 23 Jul 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2024, 06:00 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan informasi terbaru terkait mekanisme Short Selling yang akan diluncurkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan informasi terbaru terkait mekanisme Short Selling yang akan diluncurkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan diharapkan mekanisme ini dapat meluncur pada Oktober mendatang. 

"Iya (short selling meluncur Oktober), doakan saja, mudah-mudahan ya," kata Inarno kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (22/7/2024).

Sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy dalam RUPST BEI, mengungkapkan short selling direncanakan akan dimulai pada kuartal empat 2024. Saat ini BEI tengah menyiapkan lisensi untuk Anggota Bursa (AB) yang akan memfasilitasi short selling.

Irvan menambahkan saat ini ada 10 anggota bursa yang berminat untuk menyediakan short selling dan sedang dalam proses persiapan bersama dengan BEI. 

Mengutip laman stockbit, Senin (22/7/2024), short selling adalah transaksi jual saham yang investor lakukan walau tidak memiliki saham itu. Jadi trader dan investor meminjam saham dari sekuritas yang memiliki hak milik atas saham itu. 

Kemudian trader atau investor menjual saham pada harga tinggi dengan tujuan membeli kembali saham itu pada harga yang lebih rendah. Selanjutnya mengembalikan saham itu sekuritas ke tempat dia meminjam.

Saat proses dan masa peminjaman ini juga perusahaan sekuritas terapkan peraturan. Hal itu antara lain investor asing mengembalikan lagi saham ke pemilik sesuai perjanjian. Jika melanggar, investor akan kena denda dan penyitaan jaminan. 

Strategi ini berlandaskan spekulasi trader atas penurunan harga suatu instrumen investasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dana Kelolaan Reksadana Berbasis ESG di Indonesia Capai Rp 8,21 Triliun per Juni 2024

Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi mengungkapkan jumlah reksadana berbasis Environmental, social, and Governance (ESG) terus berkembang di Indonesia.

“Hingga Juni 2024 total Asset Under Management (AUM) Reksadana berbasis ESG mencapai Rp 8,21 triliun, terdiri dari 34 produk yang berasal dari 19 Manajer Investasi (MI),” kata Inarno dalam kata sambutannya pada acara Diskusi & Konferensi Pers Road to SAFE 2024, Senin (22/7/2024). 

Selain itu, seiring dengan diluncurkannya indeks saham berbasis ESG, oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 10 emiten yang telah menerbitkan penerbitan Efek bersifat utang dan/atau Sukuk (EBUS) berlandaskan keberlanjutan di Indonesia sejak 2018 hingga Juni 2024. Total penerbitan tersebut mencapai Rp 34,19 triliun yang mayoritasnya didominasi sektor keuangan, manufaktur, dan energi terbarukan. 

Inarno optimis pasar obligasi dan sukuk tematik di Indonesias masih akan terus berkemabng pesat meski jhingga saat ini perkembangannya terhitung masih relatif kecil jika dibandingkan dengan seluruh obligasi dan sukuk tematik yang diterbitkan di ASEAN.

“Kami mendorong lebih banyak entitas untuk dapat menerbitkan EBUS berlandaskan keberlanjutan mengingat peran sektor swasta sangatlah penting untuk mencapai pengembangan ekosistem keuangan berkelanjutan di Indonesia.

Adapun menurut Inarno, OJK akan terus berkomitmen untuk melakukan upaya penciptaan pasar modal Indonesia yang berkelanjutan. 

 


Iklim Investasi di Masa Transisi Jokowi ke Prabowo Tetap Kondusif

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Mandiri Manajemen Investasi (Mandiri Investasi) memperkirakan iklim investasi pada paruh kedua tahun ini tetap kondusif dan berpotensi memberikan peluang imbal hasil optimal bagi investor.

Hal itu disebabkan adanya komitmen kuat dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk saat masa transisi. Di antaranya seperti menjaga defisit anggaran tidak melebihi dari 2,7% dari PDB, serta tidak menerbitkan SBN baru, agar tidak menambah beban negara.

Begitu pula pada penyusunan RAPBN 2025, pemerintahan saat ini telah berkonsultasi dengan tim ekonomi calon presiden baru. Sehingga kondisi keuangan negara tahun depan diperkirakan mampu mendukung sejumlah program strategis pemerintahan baru.

Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi Aliyahdin Saugi, atau akrab disapa Adi mengatakan, pada 2024 ini ekonomi dunia dipengaruhi beberapa isu global. Di antaranya yang menjadi perhatian utama adalah perbedaan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang lambat menurun ditambah ketegangan geopolitik.

"Kondisi ekonomi global tersebut tentu mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Namun, struktur ekonomi Indonesia telah mengalami banyak perkembangan, pemilu yang baru saja dilangsungkan berjalan damai yang menunjukkan kekuatan demokrasi Indonesia," kata dia dikutip Sabtu (20/7/2024).

Di samping itu, Indonesia juga mencatatkan surplus perdagangan selama 50 bulan berturut-turut, pertumbuhan PDB kuartal pertama 2024 masih terjaga di atas 5%. Dari sisi kebijakan fiskal Indonesia mampu menggunakan anggaran secara disiplin dan dari sisi kebijakan moneter BI proaktif menjaga nilai tukar rupiah di tengah suku bunga AS yang masih tinggi.

"Mandiri Investasi percaya dengan mempertimbangkan aspek Environmental, Social and Governance atau ESG dalam penyusunan portofolio investasi, investor dapat berperan penting dalam keberlanjutan dunia serta memberikan manfaat return yang menarik bagi investor," ujar Adi.

 


Reksa Dana Mandiri ETF SRI-Kehati

Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada 18 Juli 2024, MMI juga meluncurkan produk baru Reksa Dana Mandiri ETF SRI-Kehati untuk menjadi tambahan pilihan investasi dengan memperhatikan faktor ESG. Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri, Aquarius Rudianto melihat optimisme masyarakat terhadap outlook pasar saham dan obligasi di Indonesia. Dia meyakini produk reksa dana dan kontrak pengelolaan dana dapat tumbuh berkesinambungan.

Salah satu indikatornya adalah jumlah investor reksa dana naik signifikan mencapai angka 11,9 juta, sekitar 60 persen nya adalah generasi muda. Karena itu Mandiri Group berkomitmen terus berinovasi dan berkolaborasi, dengan dimotori Mandiri Investasi sebagai perusahaan asset management yang memiliki pengalaman dan kompetensi.

"Mandiri group akan mendorong Mandiri Investasi untuk dapat tumbuh berkelanjutan, menjaga kualitas pengelolaan produk investasi sehingga dapat terus bersaing di level nasional maupun regional serta memberikan nilai tambah bagi investor, " kata Aquarius.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya