Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan investasi milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway bisa jadi salah satu pembayar pajak korporat terbesar 2024. Hal itu seiring keuntungan besar yang diperoleh perusahaan dari penjualan dua pertiga saham Apple dengan nilai jumbo sepanjang 2024.
Berkshire mengungkapkan pihaknya menjual 100 juta saham Apple lagi pada kuartal ketiga, mengurangi kepemilikannya sebesar 25% dalam periode tersebut menjadi 300 juta saham. Perusahaan telah menjual lebih dari 600 juta saham pembuat iPhone tersebut dalam sembilan bulan pertama 2024.
Baca Juga
Diperkirakan, Berkshire dapat berutang pajak lebih dari USD 20 miliar atau sekitar Rp 314 triliun (kurs Rp 15.700 per USD) atas penjualan saham Apple, yang kemungkinan besar mencakup hampir seluruh USD 97 miliar keuntungan kena pajak atas penjualan ekuitas yang diperoleh Berkshire dalam tiga kuartal pertama 2024.
Advertisement
"Kami memperkirakan tagihan pajak menggunakan tarif pajak sekitar 25% berdasarkan tarif federal sebesar 21% dan tarif pajak perusahaan Nebraska sebesar 5%," mengutip laporan Barron's, Rabu (6/11/2024).
Berkshire mungkin telah membayar sebagian pajak tersebut. Uang tunai yang dibayarkan untuk pajak penghasilan naik sebesar USD 15 miliar pada kuartal ketiga menjadi USD 17,5 miliar dan sekarang lebih dari dua kali lipat total pajak tunai sebesar USD 7,8 miliar yang dibayarkan Berkshire pada tahun 2023, menurut pengajuan tersebut.
"Masih tepat untuk menggunakan tarif pajak 'all-in' sebesar 25 persen, dengan mempertimbangkan pajak federal dan negara bagian serta lokal. Berkshire harus melakukan pembayaran estimasi untuk memenuhi kewajiban pajaknya tahun 2024 untuk menghindari denda," kata pakar pajak New York Robert Willens.
Berkshire tidak mengungkapkan berapa harga yang diterimanya untuk saham Apple, tetapi Barron's memperkirakan harga rata-rata sekitar USD 190 per saham, dengan sebagian besar saham dijual pada kuartal kedua.
Saham Apple naik 0,7% menjadi USD 223,45 pada Selasa. Berkshire telah mengungkapkan biaya rata-ratanya di Apple adalah sekitar USD 35 per saham, menghasilkan keuntungan terealisasi sekitar USD 155 per saham, atau sekitar USD 93 miliar.
Penjualan Saham Apple
Oleh karena itu, Berkshire telah merealisasikan harga estimasi antara USD 150 hingga USD 155 per saham untuk saham Apple-nya, setelah membayar pajak.
Dapat dicermati, Buffett pada dasarnya memutuskan ia lebih suka memiliki uang tunai sebanyak itu, daripada saham Apple. Namun, langkah itu tampaknya tidak terlihat bagus sekarang, dengan saham Apple di atas USD 220 per saham.
Penjualan saham Apple telah membengkakkan kas dan setara kas Berkshire hingga mencapai rekor USD 325 miliar pada 30 September, hampir dua kali lipat angka akhir 2023. Penjualan Apple dan keuntungannya menyoroti keberhasilan investasi Apple oleh Berkshire.
Berkshire memperoleh keuntungan, yang terealisasi dan yang belum terealisasi, sekitar USD 150 miliar. Buffett tidak membahas alasannya memangkas saham Apple pada rapat tahunan Berkshire pada bulan Mei, tetapi mencatat bahwa pajak perusahaan sekarang rendah secara historis.
"Kami tidak keberatan membayar pajak di Berkshire dan kami membayar tarif federal 21% atas keuntungan yang kami peroleh di Apple. Dan tarif itu 35% belum lama ini dan sudah 52% di masa lalu," kata dia.
Alasan lain yang mungkin untuk penjualan Apple adalah sahamnya menjadi terlalu besar, hampir 50% dari portofolio ekuitas Berkshire pada awal tahun 2024. Sekarang sekitar 25% dari portofolio senilai USD 300 miliar.
Advertisement
Perusahaan Investasi Milik Miliarder Warren Buffett Genggam Uang Tunai Rp 5.125 Triliun
Sebelumnya, perusahaan investasi milik Warren Buffett yakni Berkshire Hathaway memangkas kepemilikan di Apple. Hal itu meningkatkan uang tunai Berkshire Hathaway sentuh rekor tembus USD 325,2 miliar atau sekitar Rp 5.125 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.760).
Mengutip CNN, Senin (4/11/2024), Berkshire Hathaway juga melaporkan laba operasional turun 6 persen yang sebagian besar disebabkan kewajiban penjaminan asuransi yang lebih tinggi karena Badai Helene dan kerugian dari penguatan dolar AS.
Di sisi lain, hal ini diimbangi peningkatan keuntungan di perusahaan asuransi mobil Geico, di mana klaim dan biaya kecelakaan turun.
Laba juga meningkat di perusahaan kereta api BNSF yang mengirimkan lebih banyak barang konsumen. Selain itu, biaya operasional Berkshire Hathaway Energy turun.
Dalam laporan kuartalan pada Sabtu pekan lalu, Berkshire Hathaway menyatakan telah menjual sekitar 100 juta saham Apple. Jumlah saham Apple ini setara 25 persen selama musim panas, hingga akhir sekitar 300 juta. Dengan demikian, Perseroan telah menjual lebih dari 600 juta saham Apple pada 2024. Namun, Apple tetap menjadi pemilik saham terbesar Berkshire Hathaway sebesar USD 69,9 miliar.
Penjualan itu mencakup sebagian besar dari saham sebesar USD 36,1 miliar, termasuk beberapa miliar dolar AS saham Bank of America yang dijual Berkshire pada kuartal itu.
Pada Mei, Warren Buffett menuturkan, Apple akan tetap menjadi investasi saham terbesar Berkshire tetapi penjualan itu masuk akal karena tarif pajak federal 21 persen atas keuntungan itu akan meningkat.
Tak Buyback Saham
Berkshire Hathaway juga hanya beli saham senilai USD 1,5 miliar pada kuartal itu. Selain itu, Berkshire juga tidak membeli kembali saham atau buyback saham yang menunjukkan Buffett bahkan tidak melihat saham perusahaannya sendiri sebagai barang murah.
Adapun laba operasi dari lusinan bisnis Berkshire turun menjadi USD 10,09 miliar atau sekitar USD 7.019 per saham kelas AS dari USD 10,76 miliar setahun sebelumnya.
Laba penjaminan asuransi turun 69 persen, tertekan oleh meningkatnya klaim, seiring kerugian USD 565 juta dari Badai Helene dan penyelesaian pengadilan terkait bangkrutnya pemasok bedak yang sudah tutup yakni Whittaker Clark and Daniels.
Hal ini lebih dari mengimbangi hampir dua kali lipat laba penjaminan emisi di Geico.Berkshire juga prediksi kerugian sebelum pajak sebesar USD 1,3 miliar-USD 1,5 miliar pada kuartal keempat akibat Badai Milton yang hantam Florida pada Oktober.
Sementara itu, laba bersih mencapai USD 26,25 miliar atau USD 18.272 saham kelas A dibandingkan dengan kerugian USD 12,77 miliar atau USD 8.824 per saham, setahun sebelumnya ketika harga saham yang jatuh kurangi nilai investasi Berkshire Hathaway.
Buffett menuturkan, kinerja laba operasional lebih mencerminkan kinerja Berkshire. Aturan akuntansi haruskan Berkshire melaporkan keuntungan dan kerugian investasi yang belum direalisasi saat melaporkan laba bersih, menambah volatiltas yang Buffett sarankan untuk diabaikan oleh investor.
Warren Buffett (94) telah memimpin Berkshire Hathaway sejak 1965, dan diharapkan pada akhirnya akan menyerahkan kepemimpinannya kepada Wakil Ketua Greg Abel (62).
Adapun bisnis konglomerat yang berkantor pusat di Omaha, Nebraska ini juga mencakup Berkshire Hathaway Energy, banyak perusahaan industri dan manufaktur, pialang real estate besar dan bisnis ritel yakni Dairy Queen dan Fruit of the Loom.
Advertisement