Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham.Saat ini terdapat 8 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa dengan dan dihimpun sebesar Rp 3,70 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, jelang Ramadan atau hingga 28 Februari 2025, terdapat 28 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala besar. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
Baca Juga
"Hingga saat ini, terdapat 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (1/3/2025).
Advertisement
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 23 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 1 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sementara belum ada perusahaan dari aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 7 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 1 Perusahaan dari sektor financials
• 3 Perusahaan dari sektor healthcare
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Obligasi
Hingga saat ini, telah diterbitkan 18 emisi dari 15 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 21,2 triliun. Sampai dengan 28 Februari 2025 terdapat 20 emisi dari 16 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 1 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 7 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 1 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Rights Issue
Per 28 Februari 2025, telah terdapat 2 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 0,47 Triliun. Serta terdapat 6 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement
Kinerja IHSG Sepekan
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok signifikan pada perdagangan 24-28 Februari 2025. Koreksi IHSG didorong aksi jual investor asing dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (1/3/2025), IHSG anjlok 7,83 persen ke posisi 6.270,59 pada pekan ini. Pekan lalu, IHSG turun 2,48 persen ke posisi 6.803. Kapitalisasi pasar bursa anjlok 7,68 persen menjadi Rp 10.880 triliun dari pekan Rp 11.786 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi IHSG yang terjadi didorong tekanan aksi jual. Pada Jumat, 28 Februari 2025, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 8 triliun. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih tertekan. Dari sentimen global, kekhawatiran tarif dagang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga bayangi IHSG).
“Meningkatnya kekhawatiran investor akan pemberlakuan tarif impor AS terhadap Kanada, Meksiko dan China,” ia menambahkan.
Herditya menuturkan, faktor lain yang menekan IHSG yakni rating MSCI Indonesia yang diturunkan dan investor juga cenderung wait and see peluncuran Danantara. “Rilis kinerja BBRI pada Januari 2025 yang cenderung melemah,” kata Herditya.
Sektor Saham
Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian terpangkas 4,52 persen menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,23 juta kali transaksi pada pekan lalu. Kenaikan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa. Rata-rata volume transaksi harian bursa melonjak 21,62 persen menjadi 22,36 miliar saham dari 18,38 miliar saham. Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa bertambah 16,19 persen menjadi Rp 13,69 triliun dari Rp 11,78 triliun.
Selama sepekan, investor asing jual saham Rp 10,21 triliun. Aksi jual saham ini lebih besar dari pekan lalu sebesar Rp 1,16 triliun. Dengan demikian, sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 21,90 triliun.
Selama sepekan, mayoritas sektor saham tertekan. Sektor saham basic materials pimpin koreksi dengan turun 12,63 persen. Sektor saham energi merosot 8,87 persen, sektor saham industri terpangkas 5,55 persen dan sektor saham consumer nonsiklikal melemah 7,58 persen.
Kemudian sektor saham consumer siklikal susut 5,89 persen, sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 4,03 persen, sektor saham keuangan merosot 6,13 persen, sektor saham properti dan real estate terpangkas 5,19 persen.
Lalu sektor saham infrastruktur terperosok 8,52 persen dan sektor saham transportasi dan logistik susut 4,67 persen. Sedangkan sektor saham teknologi melambung 11,86 persen.
Advertisement
