The Angry Birds Movie: Awal Mula Permusuhan Burung dan Babi

Dari mana asal muasal ketapel raksasa yang melontarkan para burung Angry Birds ke benteng pertahanan para babi?

oleh Ratnaning Asih diperbarui 13 Mei 2016, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2016, 14:00 WIB
The Angry Birds Movie
Dari mana asal muasal ketapel raksasa yang melontarkan para burung Angry Birds ke benteng pertahanan para babi?

Liputan6.com, Jakarta Ingat game Angry Birds? Pernah bertanya-tanya mengapa burung warna-warni ini begitu marah sampai melakukan aksi bunuh diri menerjang para babi? Penggemar berat game buatan Rovio ini pasti sudah hapal luar kepala bahwa penyebabnya adalah telur-telur mereka dicuri para babi hijau untuk dijadikan omelet.

Namun siapa babi hijau ini? Lalu, dari mana asal muasal ketapel raksasa yang melontarkan para burung ke benteng pertahanan para babi? Selain itu, mengapa burung-burung ini tak bisa terbang?

Sampai sini, mungkin tak banyak yang tahu jawabannya. Untuk menjawab hal ini—sekaligus menghasilkan pundi-pundi uang—Rovio menggandeng Sony Pictures Imageworks untuk membuat sebuah film animasi panjang tentang asal usul para burung dan babi dalam permainan ini. Film bertajuk The Angry Birds Movie ini, sudah mulai diputar di bioskop Indonesia, jauh sebelum penayangan perdananya di Amerika Serikat pada 20 Mei mendatang.

 

 Angry Birds (Rovio/Sony)

Sebelum mengamuk di game Angry Birds, para burung ini diceritakan hidup dengan tenang dan damai di sebuah pulau. Kecuali Red (Jason Sudeikis), yang dicap memiliki kesulitan dalam mengendalikan kemarahannya.

Merasa dikucilkan seisi pulau, Red memandang sinis pada segala hal, ia juga tak jarang membuat onar. Red lantas diminta tetua masyarakat untuk mengikuti kelas pengendalian amarah. Di kelas itu ia bertemu Bomb (Danny McBride) si burung hitam yang kerap meledak seperti namanya, juga Chuck (Josh Gad), si kuning yang bisa bergerak secepat kilat.

Satu hari, para burung mendapat kunjungan dari makhluk baru yang tak pernah mereka lihat sebelumnya: gerombolan babi hijau yang dipimpin oleh Leonard (Bill Hader). Tak ada yang menaruh prasangka dengan kedatangan para babi, kecuali Red dan kawan-kawan. Demi menyelamatkan pulaunya, Red, Chuck, dan Bomb kemudian mencari pahlawan para burung, Mighty Eagle (Peter Dinklage), yang telah lama menghilang.

 Film Angry Birds (Rovio/Sony)

Film The Angry Birds Movie yang digarap oleh dua sutradara debutan Fergal Reilly dan Clay Kaytis ini, punya banyak hal yang ditawarkan untuk penggemar game tersebut. Selain plot cerita yang memberikan latar belakang petualangan para burung di game, film The Angry Birds Movie memiliki benang merah dengan permainannya, yang dirajut secara menyenangkan. 

Yang pertama adalah musik tema The Angry Birds Movie yang digubah ulang menjadi scoring dalam film ini. Siapa pun yang pernah memainkan game mobile populer ini, pasti langsung mengenali nadanya.

Tak cuma itu, penggemar juga jadi tahu karakter para tokoh yang selama ini mereka mainkan. Si kuning Chuck ternyata tak bisa diam, jahil, dan slenge’an. Sementara Bomb, adalah burung berbadan besar yang lembut hatinya. Bahkan Hal, si burung bumerang, mampu meninggalkan kesan yang cukup dalam meski hanya tampil selintas.

Angry Birds (Rovio/Sony)

Sayangnya, Red yang menjadi karakter utama, malah terasa tak terlalu berbumbu seperti kawan-kawannya yang lain. Padahal karakternya yang paling banyak dieksplorasi di film ini. Kemunculannya persis seperti dalam game. Standar dan tanpa ‘kekuatan’ istimewa, membuatnya redup bila dibandingkan karakter kawan-kawannya yang menyenangan. Beruntung ia adalah karakter utama yang menggerakkan plot cerita, sehingga tokoh ini tak tenggelam sama sekali.

Di setengah awal film, The Angry Birds Movie banyak mengandalkan lelucon yang dibangun dengan dialog plesetan. Hanya saja, karena plesetan ini menggunakan bahasa Inggris, yang terjadi adalah banyak lelucon yang sisi lucunya tergerus, bahkan hilang. Atau seperti judul film Bill Murray, Lost in Translation. Bila mampu, sebaiknya penonton lebih memperhatikan dialog dalam bahasa aslinya dengan seksama. 

Untung hal ini lantas terbayar di paruh kedua film, saat para burung menantang kerajaan babi secara frontal. Adegan pertempurannya langsung mengingatkan pada gameplay permainan Angry Birds, namun penuh adegan laga dan ledakan yang kocak.

Angry Birds (Rovio/Sony)

Bagi orang dewasa, cerita The Angry Birds Movie ini boleh jadi terasa sangat ringan. Terlalu ringan, malah. Tak ada pesan terselubung yang bermakna dalam tentang rasialisme seperti dalam Zootopia, atau ilusi masyarakat utopis yang dibawakan Lego Movie.

Namun untungnya, ada sejumlah referensi budaya populer dalam film ini, yang bisa menghibur para penonton dewasa. Seperti adegan ‘Redrum’ dari The Shining, plesetan dari merk fashion terkenal Calvin Klein, kemunculan lagu jadul “Never Gonna Give You Up” dari Rick Astley, dan lainnya. Sementara penonton muda, jelas akan terhibur dengan karakter imut warna-warni dalam film ini. 

Proyek film Angry Bird menarik aktor Jason Sudeikis sebagai sosok yang menghidupkan suara karakter utamanya.

Kemunculan film The Angry Birds Movie, bisa jadi akan mengangkat kembali posisi game ini setelah disalip oleh Clash of Clan. Ya, The Angry Birds Movie memang bisa dipandang sebagai sebuah iklan dari Rovio sepanjang 1,5 jam. Tapi setidaknya, The Angry Birds Movie adalah sebuah iklan yang lumayan menghibur dan menyenangkan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya