Yuk Telusuri Rekam Jejak Calon Wali Kota demi Surabaya Maju

Muhibbin berharap pemimpin yang terpilih nantinya adalah sosok yang berkualitas. Selain itu juga bisa membawa kemaslahatan bagi warga Surabaya. Bahkan ia berharap wakil dari partai politik yang maju di Pilkada Surabaya nantinya adalah kader terbaik.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2019, 14:45 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2019, 14:45 WIB
Asal-usul Nama Jalan Gunungsari Surabaya yang Bakal Diganti Nama Siliwangi
Patung Suro lan Boyo ikon Kota Surabaya karya Sigit Margono. (Dipta Wahyu/Jawa Pos)

Liputan6.com, Surabaya - Sejumlah nama bakal Calon Wali Kota Surabaya yang saat ini mengemuka di sejumlah media massa untuk maju Pilkada Surabaya 2020, menjadi pembicaraan atau diskusi informal di kalangan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya.

"Secara informal, ada pembicaraan soal itu, cuma kalau di kami tidak ada permusyarawatan, tidak seperti partai ada konvensi," ujar Ketua PCNU Surabaya Muhibbin Zuhri kepada ANTARA di Surabaya, Rabu (19/6/2019).

Adapun bakal Cawali Surabaya yang menjadi pembicaraan meliputi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Eri Cahyadi, Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, Sekretaris DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Syaifudin Zuhri.

Selain itu, Wakil Ketua DPD Golkar Provinsi Jatim Zahrul Azhar As’ad (Gus Hans), Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin, politikus Golkar Andi Budi, Ketua PCNU Surabaya Muhibbin Zuhri dan politikus PKB Fandi Utomo.

Dari sejumlah nama bakal Cawali Surabaya tersebut yang masuk daftar kepengurusan PCNU Surabaya, selain Muhibbin adalah Eri Cahyadi dan Syaifudin Zuhri. Eri juga tercatat sebagai Penasihat GP Ansor Surabaya.

Muhibbin berharap pemimpin yang terpilih nantinya adalah sosok yang berkualitas. Selain itu juga bisa membawa kemaslahatan bagi warga Surabaya. Bahkan ia berharap wakil dari partai politik yang maju di Pilkada Surabaya nantinya adalah kader terbaik.

"Partai politik sebagai pilar dari demokrasi memiliki fungsi kaderisasi untuk menghadirkan pemimpin yang berkualitas," ujarnya.

Saat ditanya sosok ideal Cawali Surabaya apakah harus asli Surabaya atau bukan, Muhibbin membebaskan. Bagi dia asli Surabaya juga belum tentu bisa mengerti tentang kondisi sosial dan geografi di Surabaya. "Sehingga tidak ada jaminan untuk itu," katanya.

Namun, lanjut dia, jika yang maju nanti adalah asli Surabaya maka memiliki nilai plus tersendiri karena bisa lebih mudah menyelami berbagai persoalan yang ada di Kota Pahlawan.

Telusuri Jejak Rekam Calon

Ilustrasi Pemilu 2019
Badut berbentuk kotak suara Komisi Pemilihan Umum (KPU), ondel-ondel, dan marching band ikut meramaikan pawai Deklarasi Kampanye Damai di Monas, Minggu (23/9). (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Untuk itu, Muhibbin berharap agar masyarakat Surabaya mengerti jejak rekam dari para cawali dan cawawali yang akan maju dalam Pilkada Surabaya 2020.

Tentunya, lanjut dia, masyarakat tidak mudah tergoda dengan hal-hal yang berbau pragmatisme saat tiba waktunya pemilihan.

Disinggung mengenai pernyataan soal dukungan yang pernah dilontarkan kepada Ery Cahyadi di acara Lailatul Qodar di Taman Bungkul Surabaya saat Ramadhan lalu, Muhibbin membantah bahwa itu sebagai dukungan, melainkan hanya pernyataan pribadi dan bukan mewakili PCNU Surabaya.

"Bukan kapasitas NU dukung mendukung, pernyataan mendukung di Bungkul itu tidak ada. Kalau ada berita di Bungkul itu memuji Eri Cahyadi itu benar, tapi kalau mendukung itu riskan, nanti jadi polemik," katanya.

Saat ditanya soal penilaian terhadap Eri, Muhibbin mengatakan Eri Cahyadi bisa dikatakan identik dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. "Mas Eri masih muda, kelihatannya untuk melanjutkan yang ditanam bu Risma punya kapasitas," katanya.

Untuk itu, ia mempersilahkan jika Eri hendak maju dalam Pilkada Surabaya 2020. "Silahkan kalau memang mau maju. Saya tahu batasan dan fungsi kami," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya