Afrika Berpotensi Jadi Tujuan Ekspor Alternatif saat Pandemi COVID-19

Kadin Jatim mendorong usaha mikro kecil dan menengah untuk menggarap pasar Afrika di tengah pandemi COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Sep 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2020, 14:00 WIB
FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) menilai, Afrika juga menjadi negara tujuan ekspor alternatif.

Oleh karena itu, Kadin Jatim mendorong usaha mikro kecil dan menengah untuk menggarap pasar Afrika di tengah pandemi COVID-19. Pasar Afrika dinilai salah satu pasar ekspor non-tradisional yang potensial.

Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto menuturkan, tingginya peluang pasar Afrika diketahui setelah dirinya melakukan komunikasi dengan Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan, Salman Al Farisi.

Ia mengatakan, selain jumlah penduduknya yang mencapai 1,2 miliar jiwa, Afrika juga menjadi pintu masuk Indonesia ke berbagai negara Eropa.

"Ekspor nasional ke Afrika masih sangat kecil. Dan ini menunjukkan jika selama ini kita masih belum serius menggarapnya. Di masa pandemi ini, di saat negara tujuan ekspor tradisional kita sedang terpuruk, Afrika bisa menjadi negara tujuan ekspor alternatif," kata Adik kepada wartawan, seperti dikutip dari Antara, ditulis Minggu (6/9/2020).

Sebelumnya, Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan, Salman Al Farisi mengakui besarnya potensi pasar Afrika, khususnya untuk produk yang dihasilkan UMKM seperti batik.

"Batik, rempah-rempah, sabun serta kosmetik dan sparepart otomotif menjadi salah satu yang dibutuhkan, dan produk itu adalah keunggulan UMKM Jatim untuk bisa menggaet pasar tersebut," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Berpotensi Kurangi Angka Defisit

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia mengatakan, dengan menggarap serius pasar Afrika bisa menjanjikan mengurangi angka defisit perdagangan Indonesia, terlebih infrastruktur diplomasi Indonesia dengan Afrika sangat baik dan memadahi.

"Dan ini harus digerakkan untuk mendorong diplomasi ekonomi, sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang produktif, daripada hanya untuk menjaga hubungan baik," ujar dia.

Afrika, kata Salman, selain memiliki cukup banyak sumber daya alam, di beberapa negara juga memiliki ekonomi cukup stabil. Terlebih Afrika masih mendapatkan beberapa fasilitas dari negara Eropa dan Amerika bebas bea ekspor, dan ini bisa menjadi pintu masuk produk Indonesia ke pasar Eropa.

"Batik telah dipromosikan oleh presiden Afrika Selatan yang sangat disegani, yaitu Presiden Mandela. Sehingga batik di sana sangat dikenal. Orang yang memakai batik adalah orang yang terhormat," tutur dia.

Selain batik, katanya, komoditas potensial ekspor lainnya adalah minyak nabati dan kelapa sawit. Berdasarkan data ekspor kelapa sawit Indonesia ke Afrika masih sangat kecil, hanya 3 persen dibanding negara tujuan ekspor lain.

Selain itu, produk manufaktur juga sangat potensial, dan jewelery juga sangat diminati karena kita memilii craftmenship lebih bagus dibanding produk Afrika sendiri.

Sementara itu, saat ini realisasi ekspor Indonesia ke Afrika mengalami penurunan, pada 2018 ekspor Indonesia ke Afrika mencapai USD 1,7 miliar, kemudian 2019 turun menjadi USD 1,4 miliar, dan pada 2020 diperkirakan semakin turun akibat pandemi COVID-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya