Liputan6.com, Surabaya - Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Jawa Timur Arumi Bachsin menyatakan, untuk mencegah stunting, edukasi gizi sejak remaja harus dilakukan.
"Intervensi stunting memang harus saat dalam kandungan, namun itu saja sudah telat, momen yang paling tepat adalah ketika remaja, sehingga mereka siap untuk menjadi ibu," kata Arumi, Sabtu (10/4/2021) seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga
Istri Wagub Jatim Emil Dardak itu mengakui saat ini penyumbang terbesar stunting adalah tingginya pernikahan di usia anak (dini) Penyebabnya adalah kemiskinan, putus sekolah, kurangnya pendidikan baik formal maupun non formal.
Advertisement
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya edukasi tentang gizi disampaikan secara gamblang, salah satunya adalah edukasi mengenai konsumsi kental manis yang masih jamak diberikan masyarakat sebagai minuman untuk anak-anak.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Senang Makan Manis dan Asin
Dokter Spesialis Gizi Klinis UI, Fiastuti Witjaksono mengatakan karakteristik perilaku konsumsi masyarakat Indonesia adalah senang makan manis, asin dan mengandung lemak.
Ia memaparkan asupan lemak rata-rata orang Indonesia memang hanya 32 persen, tidak lebih tinggi dibanding negara lain.
Namun, lanjut dia, asupan lemak jenuhnya 2 kali lipat dari negara lain dan ini adalah sumber dari segala penyakit. Pada remaja, perilaku konsumsi yang tidak seimbang tersebut terlihat lebih jelas.
"Kita perlu fokus pada remaja karena saat ketidaktepatan nutrisi akan memengaruhi status gizi dan kesehatan generasi yang akan datang. Bila remaja melakukan diet yang salah akan berakibat gangguan pertumbuhan dan bila dietnya salah, akan menjadi remaja yang pendek dan akan melahirkan bayi-bayi yang stunting," katanya.
Ditambah lagi, lanjut dia, remaja sekarang terbiasa mengonsumsi fast food dan junk food yang kandungan gula, garam dan lemaknya tinggi.
"Harusnya nutrisi remaja mengandung nutrian yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya, seperti protein yang tinggi, jangan banyak gula. Saya tidak setuju jika anak diberi kental manis karena sama sekali tidak ada gizinya, isinya hanya gula," tegas Fiastuti.
Advertisement