Kecerdasan Buatan Mampu Diagnosis Alzheimer Lebih Dini

Tengah menjadi topik hangat di kalangan perusahaan teknologi dunia, Kecerdasan buatan disebut mampu berperan besar di bidang kedokteran.

oleh M Hidayat diperbarui 13 Agu 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2017, 11:00 WIB
Machine learning
Ilustrasi word cloud penyakit Alzheimer dan algoritma, machine learning, serta artificial intelligence. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) tengah menjadi topik hangat di kalangan perusahaan teknologi dunia. Beberapa bidang diperkirakan akan mendapat manfaat dari penerapan kecerdasan buatan.

Salah satunya adalah bidang kedokteran. Kecerdasan buatan disebut mampu menganalisis sejumlah besar data yang memungkinkan dokter melakukan studi, diagnosis, dan pencegahan suatu penyakit.

Terkini, sebagaimana dikutip dari World Economic Forum, Minggu (13/8/2017), teknologi ini diyakini mampu mendiagnosis penyakit Alzheimer lebih dini.

Hal ini dimungkinkan berkat penggunaan machine learning, yang menggunakan algoritma tertentu dalam mempelajari dan mengolah sejumlah data.

Cara kerja machine learning, dalam contoh sederhana, mirip seperti Siri memelajari suara penggunanya dan Facebook memprediksi jenis konten apa saja yang disukai penggunanya.

Untuk melakukan ini, peneliti menerapkan algoritma multilayer clustering guna menganalisis sejumlah besar data, yang diambil dari penelitian Alzheimer’s Disease Neuroimaging Initiative. Data tersebut bersumber dari tes kognisi, pemindaian otak, dan cairan tulang belakang. Adapun penelitian ini melibatkan 562 orang yang mengalami gangguan kognitif ringan.

(Why/Ysl)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya