Apa Jadinya Jika Semua Media Sosial Kena Blokir di Indonesia?

Jika media sosial diblokir, ada banyak kemungkinan yang dipilih oleh warganet untuk mencurahkan isi hatinya.

oleh Andina Librianty diperbarui 16 Agu 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2017, 07:00 WIB
Ilustrasi media sosial
Media sosial menjadi jalur pemasaran digital paling efektif. (Foto: Neovene)

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial dan aplikasi pesan singkat merupakan layanan internet yang tengah digandrungi di seluruh dunia. Sayangnya, beragam konten yang ada di dalamnya, membuat sejumlah negara memberlakukan pemblokiran terhadap layanan tersebut.

Salah satu bentuk pemblokiran dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terhadap layanan pesan singkat Telegram. Pemerintah menilai Telegram berisi banyak konten negatif terkait radikalisme dan terorisme.

Pemerintah mengaku tidak tebang pilih dan akan memblokir layanan internet lain jika memiliki konten negatif di dalam layanannya. Karena itu, pemerintah tak segan memblokir media sosial besar seperti Facebook dan Twitter, jika tidak mengikuti aturan yang berlaku di Tanah Air.

Lalu, apa jadinya jika semua media sosial diblokir di Indonesia? Ada beberapa kemungkinan yang bisa saja membuat warganet beralih ke sejumlah hal berikut:

1. Curhat di tembok

Ketika fitur "Wall" Facebook saat ini menjadi pelampiasan warganet mencurahkan isi hatinya alias curhat, maka mereka akan mencari alternatif lain. Salah satunya dengan menulis isi hati dalam bentuk kalimat atau gambar di tembok-tembok.

Tembok tak berdosa tersebut bisa ditemui di lingkungan sekolah, gang sempit, hingga toilet. Sayangnya, tidak seperti Facebook yang para penggunanya bisa saling mengomentari, justru curhat tersebut biasanya dibalas dengan polesan cat baru dari si pemilik tembok karena dianggap merusak pemandangan.

2. Coretan nama ada di banyak lokasi

Warganet bisa menggunakan media sosial untuk menuliskan apa pun tentang sekolah, geng pertemanan, hingga nama julukan sendiri di bagian profil. Jika mereka tidak bisa lagi menggunakan media sosial, maka tulisan-tulisan semacam itu lagi-lagi akan dialihkan ke tembok.

Kemungkinan banyak tembok di jalanan akan dipenuhi coretan dari cat semprot yang bertuliskan nama-nama sekolah dan orang.

Perbuatan vandalisme seperti ini tidak hanya dilakukan di tembok, tapi juga di beberapa tempat seperti gerobak, bus, dan batu-batu besar di tempat wisata.

3. Cari kenalan lewat uang kertas

Media sosial memungkinkan para penggunanya untuk berkenalan atau bertukar kontak seperti nomor telepon untuk percakapan yang lebih pribadi. Jika diblokir, uang kertas kemungkinan akan menjadi sasaran untuk melakukan aktivitas tersebut.

Siap-siap saja, nantinya kita akan menemukan uang kertas bertuliskan nama seseorang dilengkapi nomor teleponnya untuk berkenalan.

 

Penonton Bayaran

4. Beralih jadi penonton bayaran

YouTube adalah salah satu media sosial untuk menjadi terkenal dan mendapatkan penghasilan. Namun, bagaimana bila akhirnya YouTube diblokir? Salah satu akibatnya penonton bayaran akan membeludak.

Ilustrasi Media Sosial (iStockphoto)

Jika YouTube diblokir, mereka yang terbiasa ditonton banyak orang kemungkinan akan mengalihkan diri jadi penonton bayaran di acara musik dan lawak. Meskipun wajahnya belum tentu tertangkap kamera, mereka bisa mendapatkan penghasilan. Konon, untuk satu program acara saja, penonton bayaran bisa mendapatkan uang sekira Rp 100-200 ribu per episode.

Bagi yang merasa punya bakat, mungkin bisa lebih beruntung dengan mengikuti program pencarian bakat seperti menyanyi, memasak, hingga sulap. Asyiknya, kemunculan dalam program semacam itu bisa membuat kalian menjadi idola baru pemirsa TV Indonesia.

5. Selebaran gelap

Pemblokiran media sosial membuka celah bagi pembuat berita bohong untuk menipu dengan menggunakan selebaran gelap yang disebar di berbagai tempat. Tak menutup kemungkinan para pengusaha fotokopi akan kelimpungan dengan banyaknya pesanan mencetak lembaran semacam itu.

Para penipu bisa saja menulis pesan pada selebaran itu agar pembaca melipatgandakannya hingga puluhan kali lipat. Namun, semakin banyak jumlah selebaran, kian besar kemungkinan orang bisa tertipu.

Dari semua kemungkinan tersebut, nomor berapa yang akan kalian pilih jika media sosial diblokir di Indonesia?

**Artikel ini merupakan hasil kerja sama Tekno Liputan6.com dengan situs teknologi Gizmologi. Untuk informasi mengenai tips dan ulasan teknologi, kunjungi www.gizmologi.id.

(Din/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya