Liputan6.com, Jakarta - Bicara soal media sosial, selebritas terkenal biasanya memiliki jutaan pengikut yang ingin tahu kabar idolanya. Namun ternyata tidak semua selebritas memperoleh follower dengan cara alami.
Terbaru, laporan dari The New York Times mengungkap bahwa sejumlah selebritas kerap membeli follower palsu.
Baca Juga
Mengutip laman Gizmodo, Minggu (28/1/2018), berdasarkan penelusuran The New York Times, 15 persen dari follower di Twitter kemungkinan adalah akun bot.
Advertisement
Media besar tersebut menulis sejumlah nama selebritas yang diduga membeli follower palsu. Misalnya saja aktor John Leguizamo, Michael Dell miliarder CEO Dell, seorang petinggi Twitter Martha Lane Fox, hingga musisi DJ Snake.
Masih menurut laporan yang sama, kemungkinan akun-akun bot ini ada untuk tujuan monetisasi. Selebritas dengan banyak pengikut atau sering disebut sebagai influencer dan menggunakan akun media sosialnya untuk mendapatkan tawaran kerja sama iklan dari merek-merek ternama.
Oleh karenanya, semakin banyak follower yang dimiliki, makin banyak pula bayaran yang didapatkan oleh influencer tersebut dari sponsor.
Pendiri Moz sebuah perusahaan SEO, Rand Fishkin, mengatakan dengan banyaknya jumlah follower atau jumlah retweet, orang-orang akan menganggap selebritas atau influencer tersebut sebagai orang penting atau cuitannya dibaca oleh banyak orang.
"Alhasil, orang-orang mungkin cenderung mem-follow selebritas tersebut atau membagikan apa yang diunggahnya," katanya.
Twitter memang menginvetigasi adanya akun-akun palsu alias spam. Kendati begitu, Twitter tidak selalu memblokir pengguna yang sengaja membeli follower palsu.
Kerepotan Deteksi Akun Bot
Dalam keterangannya, juru bicara Twitter mengatakan, Twitter sedikit kerepotan untuk mendeteksi siapa yang bertanggung jawab atas lahirnya akun-akun palsu ini.
"Kami serius mengambil langkah penghentian akun-akun bot. Kami juga ingin menghentikan tindakan spam di Twitter," kata juru bicara yang tak disebutkan namanya
Salah satu pihak yang berjualan akun-akun bot adalah Devumi. Kendati palsu, akun-akun bot tersebut memang tampak seperti pengikut sungguhan. Hal ini karena Devumi menggunakan akun-akun yang sudah tidak aktif untuk membuat akun palsu.
Sayangnya, Twitter belum bertindak proaktif me-review apakah akun-akun tersebut menggunakan data-data milik orang lain.
Advertisement
Berupaya Hapus Akun Bot
Twitter pun menyebut, mereka hanya menghentikan akses milik akun-akun yang dianggap melanggar kebijakan perusahaan. Menurut catatan The New York Times, Twitter bisa menjalankan tes anti-spam untuk mengetahui apakah akun tersebut asli atau bot.
Sebuah laporan dari University of South California dan Indiana University baru-baru ini menyebut, sebanyak 48 juta pengguna Twitter merupakan akun bot yang menggunakan identitas orang lain.
Kendati demikian, Twitter berkilah, menurut mereka jumlah akun bot lebih sedikit dibanding yang dilaporkan. Terlebih, saat ini Twitter lebih fokus menangani ujaran kebencian dan tindakan abuse dibandingkan dengan menghapus akun-akun bot di platform mereka.
Twitter pun menyebut, tengah berupaya menghapus akun-akun bot serta pihak yang membuatnya.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: