Pendiri Microsoft Temukan Bangkai Kapal Bersejarah Era Perang Dunia

Kapal induk USS Lexington ini ditemukan di Laut Koral sekitar 800 km dari pantai timur Australia.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 08 Mar 2018, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2018, 08:00 WIB
Bangkai kapal induk Amerika Serikat (AS), USS Lexington
Reruntuhan bangkai kapal induk Amerika Serikat, USS Lexington, dari era Perang Dunia II di dasar Laut Coral, Australia, Minggu (4/3). Bangkai kapal tidak akan diangkat karena dianggap sebagai kuburan para awak yang tewas saat itu. (STR/PAUL G. ALLEN/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Tak dimungkiri, nama Bill Gates sudah begitu lekat dengan citra Microsoft. Padahal, perusahaan pembesut Windows itu tak dibangun sendirian oleh Gates, melainkan bersama rekannya, Paul Allen.

Namun, nama Allen memang tak sepopuler Gates di mata publik. Kendati demikian, ia sebenarnya memiliki kiprah yang serupa dengan Gates, yakni sama-sama dikenal sebagai orang yang dermawan.

Terbaru, salah satu yang proyek yang didanai Allen adalah pencarian bangkai kapal perang Amerika Serikat dari masa perang dunia ke-2, USS Lexington. Proyek yang diprakarsai Vulcan, perusahaan Allen kini, dilaporkan telah berhasil mencapai tujuannya. 

Dikutip dari Business Insider Rabu (7/3/2018), pencarian ini menemui kesuksesan, sebab USS Lexington berhasil ditemukan di kedalaman sekitar 2.900 meter laut Koral dengan jarak sekitar 800 km dari pantai timur Australia.

Pencarian ini sendiri menghabiskan waktu selama enam bulan. Atas keberhasilan ini, pria yang meninggalkan Microsoft pada 1982 karena alasan kesehatan ini pun mengunggah kata penghormatan pada tentara Amerika Serikat.

"Salam hormat untuk USS Lexington dan orang yang ada di dalamnya. Sebagai warga negara Amerika, kita berhutang budi pada semua orang yang melayani negara dengan keberanian, ketekunan, dan pengorbanan mereka," tulis Allen di situs resminya.

Sekadar informasi, USS Lexington merupakan kapal induk yang diluncurkan 1925. Bersama USS Yorktown, Lexington berpartisipasi melawan Jepang saat perang Laut Koral pada 4 hingga 8 Mei 1942.

Kapal yang mendapat julukan 'Lady Lex' ini tenggelam bersama 35 pesawat yang diangkutnya. Akan tetapi, baru 11 pesawat yang berhasil ditemukan oleh tim hingga saat ini. 

Kiprah Paul Allen

Paul Allen
Paul Allen dengan pesawat terbesar yang sedang dibangunnya (Sumber: Business Insider).

Allen, sama seperti Gates, juga memiliki sejumlah proyek besar. Salah satunya adalah membuat pesawat terbesar yang pernah ada. 

Pesawat bernama Stratolaunch ini disebut -sebut menyandang predikat sebagai pesawat terbesar di dunia, melebihi pesawat-pesawat lain yang pernah ada.

Untuk diketahui, pesawat ini memiliki bentang sayap yang lebih lebar dibandingkan lapangan sepak bola, yakni 117 meter. Kemudian, untuk membantu pendaratannya, pesawat ini memiliki 28 roda.

Allen pertama kali mengumumkan kehadiran pesawat ini pada 2011. Saat itu, rekan Bill Gates ini menyebut Stratolaunch bakal bisa direalisasikan untuk digunakan ke luar bumi.

"Pesawat ini dirancang untuk membawa sebuah roket mencapai ketinggian 35.000 kaki di atas bumi. Roket yang tertambat pada pesawat bakal meluncur hingga orbitnya," ucapnya.

Dalam pernyataannya, Allen mengatakan, jika akses ke luar angkasa rutin dilakukan, hal tersebut bakal mempercepat perjalanan ke luar bumi, jauh lebih cepat daripada yang dibayangkan saat ini.

Pesawat Terbesar di Dunia Mulai Tampil

Pesawat terbesar
Pesawat terbesar di dunia besutan perusahaan Stratolaunch milik pendiri Microsoft Paul Allen (Sumber: Business Insider)

Tahun lalu, tepatnya 1 Juni 2017, Stratolaunch akhirnya resmi memamerkan pesawat peluncur orbit rendahnya dari hanggar di gurun California untuk pertama kalinya.

Pesawat ini dijalankan dengan enam mesin high-bypass ratio turbofan. Nantinya, pesawat ini dipakai untuk menjalankan misi seperti memberikan akses yang lebih mudah, andal, dan rutin ke orbit Bumi yang rendah.

CEO Stratolaunch System Corporation, Jean Floyd menuturkan, pesawat ini menandai langkah bersejarah dalam pekerjaan kita untuk mencapai visi Paul Allen, untuk menormalkan akses ke orbit Bumi yang rendah.

Rencananya, perusahaan akan menggunakan pesawat tersebut sebagai platform untuk meluncurkan roket ke orbitnya. Berdasarkan keterangan perusahaan, pesawat ini akan mulai meluncur pertama kali di tahun 2019.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya