RISED: Konsumen Sangat Sensitif Terhadap Kenaikkan Tarif Ojek Online

Wacana kenaikan tarif ojek online (ojol) yang digulirkan pemerintah diprediksi akan mendapat respon negatif dari konsumen.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2019, 16:00 WIB
Driver Grab Bike Mengaku Bangga Jadi Bagian Kirab Obor Asian Games 2018
Driver Grab Bike Malang

Liputan6.com, Jakarta - Wacana kenaikan tarif ojek online (ojol) yang digulirkan pemerintah diprediksi akan mendapat respon negatif dari konsumen.

Hal itu berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Research Institute of Socio-Economic Development (RISED) kepada 2001 responden pengguna ojol di 10 provinsi yang berbeda.

Ketua tim peneliti RISED, Rumayya Batubara, mengatakan konsumen sangat sensitif terhadap segala kemungkinan peningkatan tarif. Dari hasil survei, kenaikan tarif ojol berpotensi menurunkan permintaan konsumen sebesar 71,12 persen.

Tak hanya itu, hasil survei pun menyebutkan sebanyak 45,83 persen responden merasa tarif ojol saat ini sudah sesuai. Sedangkan, 28 persen menyatakan tarif ojol saat ini sudah mahal.

Jika ada kemungkinan naik, hanya 48 persen responden yang mau mengeluarkan biaya tambahan, itu pun di bawah 5.000 rupiah per hari. Sementara itu, sebanyak 23 persen responden mengatakan keberatan apabila mengeluarkan biaya lagi.

"Bertambahnya pengeluaran akan ditolak sebagian besar konsumen. Total persentasenya bahkan sampai 71 persen," ungkap Rumayya pada peluncuran hasil survei wacana kenaikan tarif ojek online di Jakarta, Senin (11/2/2019).

 

Tarif Layanan Jadi Penentu

Pedagang kaki lima (PKL) dan ojek online memadati kawasan Stasiun Palmerah, Jakarta, Kamis (6/12). Kurangnya pengawasan petugas menyebabkan trotoar dan bahu jalan dipenuhi oleh PKL dan ojek online. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Dari hasil survei RISED diketahui jarak tempuh rata-rata konsumen sejauh 8,8 km per hari. Dengan jarak tempuh seperti itu, apabila terjadi kenaikan dari rata-rata tarif saat ini sebesar Rp 2.200 per km menjadi Rp 3.100 per km, selisih Rp 900 per km, maka pengeluaran konsumen akan bertambah sebesar Rp 7.920 per hari.

Pada kesempatan yang sama, mantan ketua YLKI, Zumrotin K. Susilo mengungkapkan tarif memang selalu menjadi pertimbangan penting konsumen dalam menggunakan layanan atau produk tertentu.

Kebijakan yang memengaruhi harga sebaiknya dilakukan secara hati-hati sehingga tidak mengganggu stabilitas pasar.

"Seluruh pemangku kepentingan harus diperhitungkan dalam proses perumusan regulasi. Konsumen yang akan terdampak signifikan," ujar Zumrotin.

Apalagi saat ini konsumen telah merasa nyaman menggunakan ojol. Sebanyak 75 persen responden merasakan lebih nyaman menggunakan ojol dibanding transportasi lainnya.

Terlebih, dalam urusan mobolitas ojol lebih unggul dan layanannya yang door-to-door membuat konsumen lebih cenderung memilih ojol.

(Surya Handika R/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya