Duka Moderator Konten di Facebook, Mulai dari Trauma hingga Ingin Bunuh Diri

Moderator konten Facebook di Amerika Serikat (AS) mengalami gangguan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) karena mereka terlalu sering melihat konten foto dan video kekerasan.

oleh Jeko I. R. diperbarui 26 Feb 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2019, 13:00 WIB
Facebook
Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Liputan6.com, Menlo Park - Ada salah satu jenis pekerjaan unik di Facebook. Ya, pekerjaan ini adalah moderator konten.

Mereka bertugas untuk memantau konten melanggar dan berbau negatif. Jika ditemukan konten serupa, mereka akan menghapusnya dari platform.

Namun, pada kenyataannya, pekerjaan moderator konten di Facebook tidaklah mudah.

Menurut laporan Mirror pada Selasa (26/2/2019), moderator konten Facebook di Amerika Serikat (AS) mengalami gangguan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) karena mereka terlalu sering melihat konten foto dan video yang berkaitan dengan kekerasan dan kematian, setiap harinya.

Dalam investigasi yang dilakukan The Verge, karyawan Cognizant, perusahaan outsource yang bertugas untuk memoderatori konten Facebook, mendeskripsikan video yang mereka harus lihat setiap harinya.

Salah satu deskripsi video yang dijelaskan adalah video pembunuhan seorang pria yang ditusuk berkali-kali, lalu ada foto-foto yang memperlihatkan kekerasan seksual, aktivitas seks manusia dengan hewan (bestiality), obat-obatan terlarang, hingga meme rasisme.

Mirisnya, moderator konten tidak boleh mengungkap foto dan video yang mereka lihat kepada orang-orang terdekatnya.

Depresi?

Facebook
Ilustrasi Facebook (Foto: New Mobility)

Setiap harinya, moderator konten cuma diizinkan beristirahat selama 15 menit, dan istirahat tambahan 30 menit untuk makan siang.

Kalau ingin pergi ke toilet pun, mereka harus dipantau oleh atasannya.

Karena terisolir dan trauma dengan konten-konten tersebut, beberapa karyawan mengaku sering bercanda soal keinginan untuk bunuh diri, sedangkan sisanya 'menebus' rasa stresnya dengan merokok ganja, atau berhubungan seks di waktu senggang.

"Kesehatan mental saya sepertinya naik turun," ujar salah satu karyawan berinisial R kepada The Verge.

"Begini, di satu hari aku bisa sangat senang, tetapi besoknya aku merasa seperti zombie, ini bukan depresi. Saya cuma merasa stuck," ungkapnya.

Upaya Perusahaan

Ilustrasi Facebook
Ilustrasi Facebook. Dok: theverge.com

Tahu akan risiko tersebut, Cognizant pun mengadakan konseling untuk karyawan jika ada yang merasa down.

Mereka juga mengadakan program perbantuan dan dukungan mental seperti yoga dan aktivitas terapi lainnya.

Karyawan akhirnya juga diberikan waktu sembilan menit untuk rileks, sehingga rasa trauma mereka bisa diredam.

Jika gaji tahunan rata-rata karyawan Facebook berkisar di US$ 240.000 (setara dengan Rp 3,3 miliar), moderator di Cognizant justru cuma mendapatkan US$ 15 per jam (Rp 200 ribuan).

Jika ditotal, per tahun mereka cuma mendapatkan US$ 28.800 (Rp 400 jutaan) saja.

Meski demikian, peran moderator konten di Facebook tentu dianggap vital. Karena, menurut pengakuan salah satu moderator, jika tidak ada mereka, tentu Facebook akan mendapatkan reputasi buruk.

"Kalau kita tidak melakukan pekerjaan itu, Facebook tentu akan sangat buruk," tandas salah satu moderator berinisial L.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya