Kemkominfo: Ekosistem IoT Akan Tumbuh Cepat di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang potensial dengan ekosistem IoT.

oleh Iskandar diperbarui 11 Mar 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2020, 13:00 WIB
Kasubdit Direktorat Standardisasi Teknologi Informasi Kemkominfo, Andi Faisa Achmad, dalam diskusi 'Trend AI dan IoT di Indonesia' yang diinisiasi Forum Wartawan Teknologi Indonesia (Forwat) di Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Kasubdit Direktorat Standardisasi Teknologi Informasi Kemkominfo, Andi Faisa Achmad, dalam diskusi 'Trend AI dan IoT di Indonesia' yang diinisiasi Forum Wartawan Teknologi Indonesia (Forwat) di Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan internet of things (IoT) bisa menjadi satu kesatuan dan menjadi tren yang akan berkembang dengan pesat di masa depan.

Kasubdit Direktorat Standardisasi Teknologi Informasi Kemkominfo, Andi Faisa Achmad, mengatakan Indonesia merupakan negara yang potensial dengan ekosistem IoT. Ekosistem tersebut diprediksi akan tumbuh cepat di Indonesia dan didukung oleh berbagai pilihan teknologi.

"Pada 2025, IoT diprediksi akan memberikan dampak terhadap produktivitas sebesar USD 121,4 miliar di dunia. Angka ini akan didominasi paling besar pada industrial: manufaktur, retail, dan transportasi,” kata Andi Faisa, dalam diskusi 'Trend AI dan IoT di Indonesia' yang diinisiasi Forum Wartawan Teknologi Indonesia (Forwat) di Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Oleh karena itu, pemerintah melalui kemenkominfo mencoba untuk memberikan dukungan dalam bentuk regulasi yang sifatnya mendorong pemanfaatkan teknologi tersebut. Dengan demikian, bisa lebih cepat diimplementasi dan menjadi enabler bagi perkembangan IoT, serta berdampak pada pertumbuhan ekonomi di setiap sektor.

Beberapa aturan yang pernah dikeluarkan, antara lain Peraturan Menteri No.1 yang berkaitan dengan Frekuensi Izin Kelas untuk Perangkat Low Power Wide Area. Ada juga Peraturan Dirjen No.3 terkait Persyaratan Teknis LPWA Non-Seluler dan Selular.

Kemkominfo pun sadar bahwa IoT akan menjadi revenue baru bagi operator di masa depan. Ini juga yang menjadi penyebab Telkomsel makin berminat untuk bertransformasi menjadi perusahaan digital, bukan lagi dikenal sebagai penyedia layanan seluler.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Industri Telah Berubah

Arief Teguh Hermawan, General Manager Fleet Management Telkomsel saat presentasi dalam diskusi 'Tren IoT dan AI di Indonesia' yang digelar oleh Forum Wartawan Teknologi (Forwat) di Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Arief Teguh Hermawan, General Manager Fleet Management Telkomsel saat presentasi dalam diskusi 'Tren IoT dan AI di Indonesia' yang digelar oleh Forum Wartawan Teknologi (Forwat) di Jakarta, Selasa (10/3/2020).

General Manager Fleet Management Telkomsel, Arief Teguh Hermawan, menuturkan industri telah berubah. Jika dulu revenue Telkomsel berasal dari voice dan SMS paling banyak, kini tidak lagi. Justru data yang kini banyak digunakan pengguna Telkomsel.

"Di sini ada aplikasi digital yang menggantikan. Itu buat kami mau tidak mau harus diversifikasi usaha, bertransformasi ke arah yang sedang tren, salah satunya IoT,” katanya.

Dia juga mengatakan kalau potensi bisnis IoT sangat besar. Saat ini, revenue-nya sudah mencapai US$ 30 juta. Memang masih kecil dibanding revenue dari legacy business, namun potensinya luas.

"Saat ini saja sudah ada satu juta perangkat berbasis IoT Telkomsel. Tahun 2020 akan ada puluhan juta perangkat, dan pada 2025 akan ada ratusan juta perangkat. Makanya dibutuhkan dorongan dari pemerintah untuk mewajibkan penggunaan IoT, misalnya smart meter (meteran listrik PLN). Jika itu terjadi, mungkin dalam waktu satu atau dua tahun sudah ada puluhan juta perangkat IoT Telkomsel,” ujar Arief memungkaskan.

(Isk/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya