Cermat Mengambil Peluang Kenaikan Harga Bitcoin

Menurut Tokocrypto, Kepercayaan publik terhadap Bitcoin pun mulai pulih setelah market crash pada awal 2018 dan sekarang adalah saat yang tepat untuk mulai berinvestasi dan juga terlibat di trading aset kripto

oleh M Hidayat diperbarui 02 Des 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 02 Des 2020, 14:30 WIB
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Dunia sempat dikejutkan dengan ledakan harga aset kripto Bitcoin yang menembus USD 19.319 pada Rabu 25 November 2020. Itu hampir setara dengan titik tertinggi yang pernah dicapai pada 17 Desember 2017, yakni USD 20.089.

Ini memang tidak pernah disangka-sangka. Pasalnya, pada Maret 2020 lalu, harga Bitcoin juga sempat merosot hingga ke level yang di luar dugaan pengamat, yakni USD 3.600 per Bitcoin, meski sebulan kemudian melonjak dua kali lipat hingga mencapai USD 7.000 per Bitcoin.

Berkaca pada tren perubahan harga tersebut, jika dibandingkan dengan harga pada April 2020 lalu, harga Bitcoin pada 25 November telah meningkat hingga 250 persen.

"Bisa dibayangkan tentunya profit yang dipetik investor jika membeli Bitcoin pada April awal tahun ini, investasinya kini telah berlipat 2,5 kali hanya dalam tempo setengah tahun saja," ujar Pang Xue Kai, co-founder & CEO Tokocrypto, platform perdagangan aset kripto.

Kai, sapaan akrabnya, melanjutkan bahwa pergerakan harga Bitcoin ini diyakini berbagai pihak akan terus berlanjut. Sejumlah faktor yang menjadi mendorong peningkatan harga Bitcoin pun diungkapkan oleh dia.

Antara lain, peristiwa halving Bitcoin yang memasuki fase ketiga pada 12 Mei 2020 lalu. Halving atau halvening Bitcoin merupakan proses pengurangan pasokan Bitcoin dan terkait dengan keterbatasan jumlah Bitcoin yang hanya sebanyak 21 juta Bitcoin. Halving pertama terjadi pada 2012, kedua pada 2016, dan terakhir pada Mei 2020 lalu.

Tercatat, beberapa waktu setelah proses halving, harga Bitcoin selalu meroket. Pada fase halving pertama pada November 2012, harga Bitcoin melejit 9.600 persen lebih, dari USD 12 menjadi USD 1.160 per November 2013 atau setahun setelah halving.

Namun, pada halving kedua pada Juli 2016 harga 1 BTC saat itu sekitar USD 600 saja. Setelah halving, harga Bitcoin kembali meroket, bahkan memecahkan rekor sepanjang masa hingga mencapai USD 20.000 pada Desember 2017 atau naik 3 ribu persen lebih.

"Karena itu tak mengherankan, kita melihat sejarah kembali berulang saat ini. Pada saat halving ketiga pada Mei 2020 lalu, harga Bitcoin ada di angka USD 8.500 per BTC. Namun kini, 6 bulan setelah halving, harganya tembus USD 19.000 pada Rabu 25 November kemarin, atau meningkat 220 persen lebih," tutur Kai menjelaskan.

Prediksi analis

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Melihat kenaikan harga Bitcoin yang "hanya" di angka ratusan persen usai halving ketiga, tak mengherankan banyak analis memprediksi harga Bitcoin akan terus meningkat, bahkan diproyeksikan dapat menembus USD 318.000 pada akhir 2021 atau naik 3.700 persen.

Fenomena ledakan harga Bitcoin juga diiringi kenaikan harga mata uang kripto lainnya seperti Ethereum (ETH), Ripple (XRP) dan Binance Coin (BNB). Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian pada 17 November lalu menyebut, analis JP Morgan Nikolaos Panigirtzoglou menyebut kenaikan harga berbagai aset kripto lainnya tak lepas dari pengaruh krisis akibat pandemi Covid-19.

Krisis kali ini, menurut Nikolaos, memantik pergeseran pola investasi jangka panjang para investor. Ditambah dengan pelemahan harga emas selama empat bulan terakhir, krisis ini juga memicu para investor untuk memasukkan aset kripto ke dalam portofolio jangka panjang mereka.

"Krisis ini telah memicu peninjauan kembali atas nilai Bitcoin sebagai mata uang alternatif, sekaligus sebagai alternatif investasi dari emas," tutur Nikolaos.

 

Kepercayaan publik meningkat

Merujuk pada beberapa hal tersebut di atas kepercayaan publik terhadap aset kripto bisa disebut meningkat.

"Kepercayaan publik terhadap Bitcoin pun mulai pulih setelah market crash pada awal 2018," ujar Kai. Oleh sebab itu, Kai meyakini bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk mulai berinvestasi dan juga terlibat di trading aset kripto.

"Kami tentu tidak mau ketinggalan gerbong lagi untuk kesekian kalinya untuk dapat turut memetik keuntungan dari investasi sekaligus perdagangan asset kripto. Kami di Tokocrypto pun terus melakukan peningkatan keamanan sekaligus berbagai fitur di platform kami agar dapat terus menjadi pusat perdagangan asset kripto terpercaya di Indonesia," kata Kai menegaskan.

Menyambut pergerakan harga Bitcoin menuju titik harga tertinggin, Tokocrypto pun mengadakan program Bitcoin Bull Marathon.

"Dalam kegiatan yang diselenggarakan mulai Senin, 30 November 2020 ini, mereka yang melakukan deposit dan trading akan mendapatkan reward yang sangat menarik. Terlebih di Tokocrypto, biaya transaksi sangat rendah hanya 0.1 persen dan penarikan rupiah hanya Rp 5.500," ujar Kai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya