Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Ukraina mengumumkan bahwa mereka telah menjual non-fungible token (NFT), berdasarkan kronologi operasi militer Rusia di negara itu.
Pengumuman itu disampaikan Menteri Transformasi Digital Ukraina Mykhailo Fedorov melalui Twitter resminya. Adapun, penjualan ini dilakukan untuk mengumpulkan dana.
Baca Juga
"Ketika Rusia menggunakan tank untuk menghancurkan Ukraina, kami bergantung pada teknologi blockchain revolusioner," kata Fedorov, dikutip Minggu (27/3/2022).
Advertisement
Mengutip The Verge, semua dana penjualan akan disumbangkan ke Kementerian Transformasi Digital untuk mendukung "tentara dan warga sipil" Ukraina.
Koleksi ini berjudul "Meta History: Museum of War" dan mengaitkan token blockchain dengan item berita tentang setiap peristiwa penting dalam perang, serta ilustrasi dari seorang seniman.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ukraina Manfaatkan Kripto
Sebanyak 54 NFT telah terdaftar dan mencakup tiga hari pertama perang di akhir bulan Februari, dengan penjualan pertama dilakukan pekan depan. Proyek ini sendiri dibangun di atas platform penjualan NFT milik perusahaan blockchain Fair.xyz.
Sebelumnya, Ukraina mengungkapkan akan meluncurkan NFT ini pada bulan Maret, menggantikan rencana sebelumnya dengan meluncurkan "airdrop" token gratis kepada mereka yang menyumbangkan mata uang kripto ke negara itu.
Namun, rencana "airdrop" ini mendapatkan banyak peniru dan keluhan, bahwa tidak semua pendonor kripto akan menerima token.
Di tengah berbagai pembatasan bank dan mata uang lokal, mata uang kripto telah memainkan peran dalam perang antara Ukraina dan Rusia.
Untuk Ukraina, mereka memanfaatkan tren kripto untuk meminta sumbangan. Pemerintah pun mengklaim sudah mengumpulkan US$ 54 juta dalam bentuk mata uang kripto, dalam tiga pekan pertama.
While Russia uses tanks to destroy Ukraine, we rely on revolutionary blockchain tech. @Meta_History_UA NFT-Museum is launched. The place to keep the memory of war. And the place to celebrate the Ukrainian identity and freedom. Check here: https://t.co/IrNV0w54tg
— Mykhailo Fedorov (@FedorovMykhailo) March 25, 2022
Advertisement
Rusia Blokir Google News
Pemerintah Rusia baru-baru ini mengumumkan telah memblokir layanan Google News di negara tersebut. Disebutkan, layanan agregator berita milik Google telah menyebarkan informasi palsu terkait operasi militer di negara itu di Ukraina.
"Kami telah mengonfirmasi beberapa orang di Rusia sulit mengakses Google News via aplikasi dan web. Hal ini bukan masalah dari sisi teknis pihak kita," kata Google dalam pernyataan, Kamis (24/3/2022).
Google menambahkan, "Kami telah bekerja keras untuk menjaga agar layanan informasi seperti News dapat diakses oleh pengguna di Rusia selama mungkin."
Aksi pemblokiran oleh Rusia ini merupakan reaksi ketika Google mengatakan tidak akan membantu situs, aplikasi, dan kanal YouTube menjual iklan yang dianggap mengeksploitasi, mengabaikan, atau memanfaatkan konflik Ukraina.
Raksasa mesin pencari itu juga mengumumkan akan berhenti menjual semua iklan online di Rusia sejak awal Maret 2022 ini. Interfax mengatakan Roskomnadzor, regulator Rusia melakukan pemblokiran Google atas permintaan kantor jaksa agung Rusia.
(Dio/Isk)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer
Advertisement