Liputan6.com, Jakarta Layanan yang berjalan di dunia metaverse diperkirakan akan efektif digunakan masyarakat Indonesia dalam tiga tahun ke depan atau 2025.
Dalam webinar bertajuk 'Metaverse dan NFT: Aspek Hukum, Bisnis, dan Teknologi' yang digelar belum lama ini, Presiden Forum Alumni Universitas Telkom (FAST) Sri Safitri, mengatakan prediksi tersebut berdasarkan sejumlah kalkulasi realistis.
Baca Juga
"Layanan metaverse akan bergantung seberapa isu bidang infrastruktur, peranti keras, dan regulasi bisa diselesaikan di Indonesia. Jika sisi-sisi ini belum bisa ditangani, maka use case metaverse tidak bisa dalam waktu dekat dilaksanakan," katanya, dikutip Kamis (30/3/2022).
Advertisement
Perempuan yang juga menjabat sebagai Deputy Executive Vice President CX & Digitization PT Telkom ini mencontohkan, mayoritas kecepatan jaringan internet masyarakat Indonesia di kisaran 10 Mbps.
"Sebuah angka yang masih harus ditingkatkan lagi untuk layanan metaverse yang mulus dan memberikan pengalaman pelanggan yang baik," ucapnya dalam acara virtual yang digelar Heylaw.id tersebut.
Ia menyebut tujuh fondasi layanan pun belum semuanya matang dan mapan menyokong metaverse. Antara lain perangkat keras, komputer, networking, platform virtual, interchange tools & standards, serta layanan pembayaran dan konten.
"Jangan lupakan pula isu keamanan, potensi serangan siber akan muncul, bahkan dalam bentuk yang belum pernah ada. Privasi pun akan dicari-cari celahnya oleh kriminil, karena kelak metaverse ini seperti honeypot. Sarang madu baru yang akan dikerubungi dan jadi target utama," kata perempuan yang akrab disapa Uni Safitri.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Manfaat Metaverse untuk Perusahaan
Jika semuanya berjalan mulus, maka akan terdapat sisi menarik yang perlu diperhatikan dari sisi pengalaman pelanggan.
Antara lain perusahaan penyedia akan lebih mampu mengenali generasi Z dan milenial, mudah melihat historis perjalanan pelanggan, serta bisa eksplorasi dan meningkatkan kepuasan pengalaman pelanggan dari sisi MR (Mixed Reality), AR (Augmented Reality), dan VR (Virtual Reality).
"Ini pun agar pengalaman maksimal, jangan terlalu terburu-buru karena kita perlu identifikasi, tes, dan cek dulu atribut pelanggan. Perusahaan perlu navigasi customer journey lebih lanjut, termasuk mencari paduan kebutuhan masyarakat akan Metaverse yang tetap dipadukan kebutuhan fisikal mereka," sambungnya.
Perusahaan bahkan bisa melihat seberapa lama mata pelanggan menatap iklan yang ada di layanan Metaverse, sehingga peluang monetisasi dan komersialisasi layanan juga meningkat drastis.
Â
Advertisement
Pengembangan Metaverse
Sementara Guru Besar Kecerdasan Buatan Telkom University, Suyanto, mengungkapkan kampusnya sedang mengembangkan Metaverse berbasis Automated Explained Artificial Intelegence yang diperkirakan titik sempurna layanannya baru terealisasi pada 2030 mendatang.
"Teknologi kami masuk generasi ke-4 dengan menggunakan pendekatan white box, yakni akurasi tidak tinggi, tapi segalanya bisa dijelaskan ke semua pihak," papar Suyanto.
Ia menambahkan data besar dan data kecil masuk ke teknologi berbasis mesin dengan output paremeter otomatis, termasuk membuka peluang masyarakat ikut kembangkan coding-nya.
Â
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement