Liputan6.com, Jakarta - Fitur iPhone Clean Energy Charging diprotes pengguna karena perangkatnya memakan waktu lebih lama dalam mengisi daya dan diperkirakan akibat aktifnya fitur ini.
Berita tersebut menuai perhatian para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Rabu (1/2/2023) kemarin.
Baca Juga
Informasi lain yang juga populer datang dari sempat maraknya peretasan dan penipuan online dengan trik menyebarkan malware melalui file APK (Android Package) di WhatsApp.
Advertisement
Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.
1. Fitur iPhone Clean Energy Charging Diprotes Pengguna karena Proses Isi Daya Lambat
Beberapa waktu lalu, pengguna iPhone menunjukkan amarahnya akibat fitur baru iPhone Apple yang dinilai memperlambat pengisian daya pada perangkat mereka.
Fitur yang dimaksud adalah Clean Energy Charging, yang diperkenalkan bersama dengan perilisan iOS 16.1 pada 24 Oktober lalu.
Berdasarkan klaim perusahaan, fitur iPhone ini berfungsi untuk mengurangi jejak karbon dengan mengisi daya hanya ketika listrik dengan emisi karbon rendah tersedia. Ketika diaktifkan, iPhone akan menampilkan laporan perkiraan emisi karbon yang dihasilkan oleh jaringan energi lokal.
Akan tetapi, baru-baru ini seorang pengguna Twitter menyatakan bahwa perangkatnya memakan waktu yang lebih lama dalam mengisi daya dan diperkirakan akibat aktifnya fitur ini.
Dilansir dari New York Post, Rabu (1/3/2023), Apple mengatakan bahwa fitur tersebut hanya tersedia di Amerika Serikat dan telah dipasang secara otomatis pada perangkat-perangkat baru yang mendukungnya.
Beberapa pengguna iPhone juga telah bertanya-tanya terkait cara untuk menonaktifkan fitur ini di perangkat mereka.
2. Waspada Penipuan Online Berkedok File APK di WhatsApp, Ini Cara Mencegahnya
Beberapa waktu lalu, sempat marak peretasan dan penipuan online dengan trik menyebarkan malware melalui file APK (Android Package).
Para pelaku kejahatan siber menipu korbannya dengan berbagai modus melalui WhatsApp, berusaha agar korban membuka dan menginstal file APK tersebut agar dia bisa mencuri data dan uang korban.
Perusahaan keamanan siber ITSEC Asia menyebut, modus-modus seperti sniffing dan phishing, sering dimanfaatkan peretas atau hacker, dalam melancarkan aksi mereka seperti kasus-kasus serupa.
Sniffing merupakan proses pemantauan dan peretasan data sensitif seperti kredensial, password, dan PIN, melalui lalu lintas jaringan internet.
Sementara phishing biasanya dilancarkan menggunakan email atau situs web yang dipalsukan, agar terlihat asli untuk menarik korban yang tidak curiga untuk memberikan kredensial login atau informasi sensitif mereka ke situs tersebut.
Mengutip siaran persnya, Rabu (1/3/2023), ITSEC mengatakan, dalam kasus sniffing yang marak terjadi beberapa waktu lalu, pelaku menggunakan modus penipuan APK yang bervariasi.
Modus-modus ini seperti undangan pernikahan, pengecekan resi pengiriman paket, informasi perbankan, foto barang yang dibeli secara daring, cek data BPJS atau asuransi, dan lain-lain yang menyamarkan diri sebagai pihak resmi.
Divisi Humas Polri menyebut, kerugian dalam kasus sniffing berkedok APK ditaksir mencapai 12 miliar dengan korban sekitar 483 orang.
"Berkaca pada kasus yang baru-baru ini terjadi, kita tahu bahwa pelaku peretasan melancarkan aksi mereka dengan menggunakan sistem APK," kata pakar keamanan siber Andri Hutama Putra.
Advertisement
3. Sempat Error Usai Berubah dari PeduliLindungi, Kemenkes: Satu Sehat Mobile Sudah Normal
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim bahwa aplikasi Satu Sehat Mobile sudah kembali normal, usai peralihan dari PeduliLindungi.
"Saat ini sudah normal kembali," kata Setiaji, Chief Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes dalam pernyataan yang diterima Liputan6.com, Rabu (1/3/2023).
"Silahkan untuk login menggunakan nomor telepon atau email," ujarnya melalui pesan singkat.
Sebelumnya, beberapa warganet mengeluhkan adanya kendala untuk mengakses aplikasi Satu Sehat Mobile, di hari pertamanya beralih dari PeduliLindungi. Aplikasi SATUSEHAT Mobile sendiri sudah mulai digulirkan ke pengguna iOS dan Android.
Menanggapi ramainya laporan Satu Sehat Error tersebut, Kementerian Kesehatan pun telah mengakui bahwa ada laporan gangguan login bagi sebagian pengguna, karena tidak mendapatkan OTP.
Menurut Kemenkes, dalam keterangan yang diterima, masalah ini terjadi karena adanyak peningkatan akses atau traffic aplikasi secara bersamaan. Mereka pun meminta maaf atas adanya gangguan tersebut.
"Saat ini masalah tersebut sedang dalam penanganan oleh tim teknis kami," tulis Kemenkes dalam pernyataannya.
"Kami mengimbau untuk sementara waktu masyarakat dapat menggunakan tiket maupun sertifikat vaksin yang telah dimiliki secara fisik maupun tersimpan secara digital untuk kepentingan aktivitas tertentu," imbuhnya.
Sementara itu, bila terjadi kendala lebih lanjut, pengguna diminta untuk menyampaikan keluhannya melalui Direct Message di media sosial SATUSEHAT Mobile di Twitter @PLindungi dan Instagram pedulilindungi.id.
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Advertisement