CEO Tesla Elon Musk Kunjungi Tiongkok dan Temui Sejumlah Pejabat, Bahas Apa Saja?

CEO Tesla Elon Musk diketahui mengunjungi Tiongkok untuk pertama kalinya setelah tiga tahun, serta menemui beberapa pejabat setempat

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Jun 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2023, 10:00 WIB
FOTO: Elon Musk Jadi Saksi Sidang Akuisisi SolarCity
Elon Musk berjalan dari pusat peradilan di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Senin (12/7/2021). CEO Tesla tersebut menjadi saksi pertama dalam persidangan terkait masalah akuisisi SolarCity. (AP Photo/Matt Rourke)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Tesla Elon Musk, diketahui melakukan perjalanan ke Tiongkok untuk menemui beberapa pejabat di Beijing. Ini pertama kalinya ia ke negara itu setelah tiga tahun.

Diketahui, Tiongkok baru membuka lagi perbatasannya dan memulihkan kebijakan nol-Covid mereka pada bulan Desember yang lalu.

Mengutip New York Post, Kamis (1/6/2023), pada hari Selasa, tak lama setelah bos Twitter itu mendarat di Beijing, dia menemui Menteri Luar Negeri China Qin Gang.

Qin mengatakan kepada Musk, Tiongkok berkomitmen untuk meningkatkan lingkungan bisnis bagi investor termasuk Tesla, dan menggunakan metafora mengemudi menggambarkan hubungan China dan AS.

"Kita harus menginjak rem tepat waktu, menghindari mengemudi berbahaya dan terampil menggunakan akselerator untuk mempromosikan kerja sama saling menguntungkan," menurut pernyataan dari Kemenlu Tiongkok.

Kemenlu Tiongkok juga mengutip sang CEO Tesla dan SpaceX, yang mengatakan dirinya bersedia untuk memperluas bisnis di negara itu, serta menentang pemisahan ekonomi AS dan China.

"Kepentingan Amerika Serikat dan China saling terkait, seperti kembar siam, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain," kata Elon Musk.

Lalu pada Rabu waktu setempat, dikutip dari CNA, Musk bertemu dengan Menteri Perindustrian Tiongkok, untuk membahas pengembangan kendaraan energi baru.

Menurut keterangan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China, dia menemui Jin Zhuanglong di Beijing, membahas "pengembangan kendaraan energi baru dan kendaraan terkoneksi cerdas."

China Menyambut Baik Kunjungan Elon Musk

Mobil Tesla made-in-China akan diekspor ke Eropa
Kendaraan Tesla Model 3 yang diproduksi di China (made in China) di gigafactory Tesla yang terletak di Shanghai, China pada 26 Oktober 2020. Tesla, pabrikan mobil AS, mengumumkan akan mengekspor 7.000 kendaraan Model 3 yang diproduksi di China ke Eropa pada Selasa (27/10). (Xinhua/Ding Ting)

Tidak diketahui lebih rinci lanjutan pertemuan tersebut. Perwakilan Tesla tidak menanggapi permintaan soal informasi mengenai rencana perjalanan Musk di Tiongkok.

Namun, berdasarkan laporan media China, Tesla menyambut bos mereka pada hari Selasa dengan makan malam 16 menu, yang berisi makanan laut, daging domba Selandia Baru, mi pasta kedelai tradisional Beijing.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning juga mengatakan, negara itu menyambut baik kunjungan para eksekutif internasional "untuk lebih memahami China dan mempromosikan kerja sama yang saling menguntungkan."

Tiongkok merupakan pasar kendaraan listrik terbesar di dunia. Tesla juga mengumumkan pada bulan April akan membangun pabrik besar kedua di Shanghai, yang akan jadi pabrik kedua di kota itu setelah Gigafactory, yang mulai dibangun di tahun 2019.

Elon Musk Ingatkan Bahaya AI

Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk. Christophe Gateau/AFP
Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk. Christophe Gateau/AFP

Elon Musk di sisi lain, begitu vokal, meski dirinya juga memperhatikan pengembangan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Dalam konferensi di London baru-baru ini, ahli bisnis ini mengingatkan risiko AI atau kecerdasan buatan.

Menurut Elon Musk, secara umum teknologi memiliki kemungkinan untuk mengontrol manusia. Oleh karenanya, manusia harus hati-hati mengenai seberapa jauh potensi pengembangan AI.

Mengutip Gizchina, Jumat (26/5/2023), secara khusus Elon Musk mengklaim bahwa AI mungkin bisa mengendalikan manusia di masa depan.

Meski hal itu mungkin tidak akan menghancurkan dunia, tetapi merupakan sebuah kemungkinan dan dunia harusnya tidak mengabaikannya begitu saja.

Elon Musk juga mengklaim bahwa AI dapat mengambil alih, "semua keamanan manusia" sehingga menjadikan dirinya semacam "pengasuh super".

"Kecerdasan buatan tingkat lanjut berisiko menghilangkan atau membatasi perkembangan manusia. Superintelligence adalah 'pedang bermata dua'. Jika Anda memiliki jin yang dapat memberdayakan dengan apa saja, itu bahaya," kata Elon Musk.

 

Serukan Moratorium Pengembangan AI

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Sekadar informasi, beberapa perusahaan Elon Musk saat ini tengah mengembangkan AI, namun ia mengaku selalu mewaspadai teknologi tersebut.

Pada Maret lalu, ia menandatangani surat terbuka yang menyerukan moratorium pengembangan kecerdasan buatan tingkat lanjut.

Kini, Tesla banyak menggunakan teknologi AI dalam produknya. Faktanya, setelah menghubungkan Microsoft dengan OpenAI seperti halnya Google dengan DeepMind harus ada perusahaan ketiga yang ikut bersaing.

"Perlu ada perusahaan ketiga yang berkompetisi, OpenAI dan Microsoft tampaknya bekerja dengan baik, jadi X.AI (perusahaan AI Elon Musk) dan Twitter serta Tesla juga memiliki masa depan," kata Elon Musk.

Banner Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya