Startup Jepang Garap Robot Mirip Gundam Setinggi 4,5 Meter, Bisa Dikendarai

Startup asal jepang Tsubame membuat robot mirip Gundam setinggi 4,5 meter yang bisa dikendarai dan akan dijual ke pasaran.

oleh M. Labib Fairuz Ibad diperbarui 05 Okt 2023, 06:30 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2023, 06:30 WIB
Archax, Robot Gundam yang Bisa Dikendarai Milik Tsubame Industries.
Archax, Robot Gundam yang Bisa Dikendarai Milik Tsubame Industries. (Twitter/@TsubameInds_en)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah startup di Jepang, Tsubame Industries, mengembangkan robot beroda empat setinggi 4,5 meter yang mirip dengan "Mobile Suit Gundam". Robot mirip Gundam ini dijual USD 3 juta atau sekitar Rp 46,8 miliar.

Robot mirip gundam ini dinamai Archax dan bisa dikendarai. Adapun nama tersebut diambil dari jenis dinosaurus burung archaeopteryx.

Uniknya bukan sekadar robot, Archax memiliki monitor kokpit yang dapat menerima gambar dari kamera yang terhubung ke bagian luarnya. Dengan begitu, pilot dapat menggerakkan lengan dan tangan dengan joystick dari dalam tubuhnya.

Robot seberat 3,5 ton yang akan diluncurkan di Japan Mobility Show akhir bulan Oktober 2023 ini memiliki dua mode, yakni mode robot tegak dan mode kendaraan yang dapat melaju hingga 10 km per jam.

"Jepang sangat ahli dalam bidang animasi, game, robot, dan mobil, jadi saya pikir akan sangat bagus jika saya dapat menciptakan produk yang menggabungkan semua elemen ini menjadi satu," ujar kepala eksekutif Tsubame Industries Ryo Yoshida, dikutip dari Reuters, Rabu (4/10/2023).

"Saya ingin menciptakan sesuatu yang menggambarkan, 'Inilah Jepang'," Yoshida berujar.

Yoshida berencana untuk membuat dan menjual lima robot Archax kepada para fans robot, tetapi ia berharap suatu hari nanti robot gundam dapat digunakan untuk bantuan saat bencana atau mendukung industri luar angkasa.

Sekadar informasi, Yoshida mulai tertarik pada bidang manufaktur sejak usia dini. Ia belajar mengelas di pabrik besi milik kakeknya dan kemudian mendirikan perusahaan yang memproduksi tangan prostetik mioelektrik.

Yoshida menyebut, dia sangat ingin mempertahankan keunggulan kompetitif Jepang di bidang manufaktur. "Saya berharap dapat belajar dari generasi sebelumnya dan meneruskan tradisi ini," katanya.

Kisah Sho Nakanose, Pendiri Startup Robot Usai Kematian Tragis Ibu

Ilustrasi Miliarder Dunia. Unsplash/Hunter Race
Ilustrasi Miliarder Dunia. Unsplash/Hunter Race

Jepang memang dikenal dengan manufaktor robotiknya yang unggul. Hal ini terlihat dari Kecintaan Sho Nakanose terhadap robotika yang terinspirasi tragedi meninggalnya sang ibu sepuluh tahun lalu. Meskipun bukan seorang dokter, dia terobsesi dengan gagasan bahwa teknologi baru mampu membuat segalanya berbeda.

“Saat itu, saya sangat berpikir, jika kita memiliki teknologi baru seperti perluasan kemampuan manusia, saya dapat menyelamatkan nyawanya,” katanya seperti melansir Forbes, Senin (31/7/2023).

Sepuluh tahun kemudian, pria ini menyalurkan inspirasi tragis itu ke dalam startupnya yang berbasis di Jepang, Gitai. Perusahaan, yang sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari USD 47 juta dari perusahaan modal ventura seperti Daiwa Corporate Investment Venture Growth Fund, Mitsubishi UFJ Capital IX dan Global Brain CVC Funds, bertujuan untuk membuat robot yang dapat beroperasi di luar angkasa dalam berbagai misi.

Salah satunya termasuk pengambilan sampel tanah di Bulan. Akan tetapi, inti dari perusahaan Nakanose adalah ide sederhana untuk menggunakan robot di luar angkasa yang akan menyelamatkan nyawa dan kesehatan manusia.

Mahal dan berbahaya bagi orang untuk tinggal dan bekerja di luar angkasa. Penerbangan berawak ke orbit atau ke Stasiun Luar Angkasa Internasional misalnya, biayanya mulai USD 58 juta per kursi.

Perjalanan ruang angkasa juga memiliki banyak risiko bagi mereka yang terlibat. Menurut NASA, paparan radiasi yang dibawa oleh perjalanan luar angkasa dapat meningkatkan risiko kanker, merusak sistem saraf pusat yang menyebabkan otak sulit berkomunikasi dengan organ sensorik, mengubah fungsi kognitif, mengurangi fungsi motorik, dan memicu tantangan perilaku.

Robot adalah Solusi Praktis dan Tidak Berbahaya

Robot humanoid itu, bernama Fedor, sebelumnya direncanakan akan menghabiskan 10 hari belajar untuk membantu para astronot di stasiun ruang angkasa (AFP Photo)
Robot humanoid itu, bernama Fedor, sebelumnya direncanakan akan menghabiskan 10 hari belajar untuk membantu para astronot di stasiun ruang angkasa (AFP Photo)

Bagi Nakanose, menggunakan teknologi robot berpotensi menawarkan cara yang lebih terjangkau dan praktis untuk menjelajahi ruang angkasa tanpa membahayakan nyawa manusia.

Dia mengatakan bahwa tujuan Gitai adalah untuk mengurangi biaya tenaga kerja luar angkasa hingga 100 kali lipat dengan menggunakan teknologi robot mereka dan mengurangi risiko keselamatan dengan mengirimkan robot ke orbit, bukan manusia.

Startup saat ini memproduksi dua produk. Yang pertama adalah lengan robot tipe cacing berukuran 2 meter. Mesin ini dapat bergerak seperti cacing inci dan juga “dilengkapi dengan berbagai perlengkapan seperti bor listrik, sekop, dan tangan robot untuk melakukan berbagai tugas”, kata Nakanose.

Ini berpotensi mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan astronot untuk berjalan di luar angkasa untuk melakukan tugas perawatan atau perbaikan di pesawat ruang angkasa atau stasiun ruang angkasa.

Produk keduanya adalah Lunar robotic rover, yang berukuran sebesar go-kart dan memiliki jangkauan beberapa mil.

“Penjelajah ini memiliki kemampuan untuk bernavigasi dan beroperasi di permukaan bulan,” kata Nakanose. Hal ini penting karena NASA bersiap untuk mengembalikan manusia ke Bulan secara permanen.

Infografis: Naruhito Kaisar Baru Jepang

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang
Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya