Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebut terbuka memberikan insentif ke operator seluler untuk meningkatkan implementasi teknologi jaringan 5G di Indonesia.Â
Disebutkan Menkominfo Budi Arie Setiadi, insentif yang diberikan bisa berupa investasi negara sehingga operator bisa membayar lebih murah untuk kemudian berinvestasi menggelar jaringan 5G.Â
Baca Juga
Wacana soal insentif dari pemerintah untuk menggelar 5G ini pun ditanggapi oleh operator seluler. Terbaru, Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata Dian Siswarini mengungkap jenis insentif yang bisa diberikan kepada perusahaan operator.Â
Advertisement
Salah satu yang dia sebut-sebut adalah biaya lisensi frekuensi atau Biaya Hak Penggunaan (BHP) Frekuensi yang selama ini dinilai terlalu mahal bagi operator.Â
"5G kan satu teknologi yang memerlukan bandwidth spectrum yang lebar, bayangkan untuk 5G yang benar-benar 5G, (operator membutuhkan) at least 50 Mhz, sedangkan sekarang untuk 4G adanya 900 Mhz, 2,1 GHz, 2,3 GHz itu tersedianya sedikit. Untuk 5G itu butuh bandwidth yang besar, jadi kalau license fee-nya masih seperti sekarang itu pasti mahal banget," katanya.
Dian memberi penjelasan, jika nanti formulasi BHP frekuensi untuk 5G masih menggunakan formulasi yang seperti saat ini pada 3G dan 4G, jumlah investasi yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memakai frekuensi sangatlah mahal.Â
"Kalau struktur untuk spektrum 5G masih seperti sekarang seperti 3G dan 4G akan mahal banget, kalau formulanya masih sama, itu mungkin business case 5G tidak akan positif," kata Dian Siswarini memberikan penjelasan.Â
Dian pun menjelaskan jenis insentif apa yang bisa diberikan ke operator seluler untuk bisa menggelar 5G secara lebih luas.Â
Â
XL Axiata Ingin Struktur Formulasi BHP Frekuensi Lebih Kondusif
"Yang kami inginkan, spektrum bisa diberikan ke operator dengan formulasi berbeda. Kebayang enggak sih, terakhir tender (spektrum frekuensi) 2,1 GHz untuk pita selebar 5 MHz itu harganya di atas Rp 600 miliar, kalau 50 MHz dihitung sama, itu harganya mau berapa," kata Dian.Â
Dian menyebut, XL Axiata ingin agar struktur formulasi BHP frekuensi bisa lebih kondusif dan ramah bagi operator.Â
Opsi kedua, kata Dian, adalah pemberian insentif seperti pembayaran bertahap atau dicicil. Hal ini mengingat adopsi 5G tidak akan langsung tinggi di tahun-tahun pertamanya.Â
"Kalau dari awal kita disuruh bayar spektrum (sekaligus) dari awal semua kan ya tadi, business case-nya ngga akan positif," kata Dian.Â
Insentif yang diinginkan XL Axiata, menurut Dian adalah pembayaran BHP frekuensi yang dilakukan bertahap atau dicicil. Jadi, kata Dian misalnya operator mendapatkan pita frekuensi 50 Mhz BHP frekuensinya tidak langsung dibayarkan, tetapi bisa dibayarkan jika nantinya layanan 5G sudah mulai bertumbuh.Â
"Kalau misalnya kami dapat 50 Mhz itu nggak langsung dibayarkan semuanya, mungkin bisa bayar pay as you grow," kata Dian.Â
Pasalnya, menurut Dian, adopsi 5G baru akan mencapai 30 persen setidaknya di tahun 2017. "Pembayaran spektrum fee bisa meningkat, tetapi di awal harusnya rendah," tuturnya.Â
Advertisement
Bos XL Axiata Tanggapi Isu Merger
Isu konsolidasi operator terus digaungkan setelah Indosat Ooredoo bergabung dengan Hutchison Tri Indonesia menjadi operator bernama Indosat Ooredoo Hutchison.Â
Sementara, operator lainnya, XL Axiata digadang-gadang akan mengawinkan bisnis dengan Smart Telecom alias Smartfren.
Konsolidasi operator pun pun turut didorong oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi demi membuat industri telekomunikasi menjadi lebih sehat.Â
Lantas, bagaimana tanggapan XL Axiata atas hal ini? Ditemui di momen ulang tahun XL Axiata ke-27, Senin (9/10/2023), Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini mengamini konsolidasi operator adalah hal yang baik untuk industri meski tak merujuk operator mana yang tengah jajaki upaya konsolidasi.
"Pak Menteri katakan idealnya ada tiga operator, jadi memang konsolidasi baik untuk industri dan bisa membuat industri lebih sehat," tutur Dian Siswarini.Â
XL Axiata dan Pemegang Saham Terus Jajaki Kemungkinan Konsolidasi
Ia lebih lanjut mengatakan, jumlah operator seluler saat ini masih terlalu banyak. Dan menurut Dian Siswarini XL Axiata dan pemegang saham terus menjajaki kemungkinan konsolidasi dari waktu ke waktu.Â
"XL Axiata dan pemegang saham selalu menjajaki kemungkinan konsolidasi. Ibaratnya, perkawinan harus ada kata sepakat," kata Dian.Â
Dian sendiri sebagai bagian dari manajemen XL Axiata menyebut, manajemen tidak banyak banyak terlibat dalam konsolidasi.Â
"Jadi sampai saat ini sebagai manajemen tidak banyak terlibat karena yang terlibat share holder antara holder melakukan hal tersebut, kalau mau lebih lanjut informasinya lebih ke Axiata, kami XL support kalau terjadi konsolidasi," katanya. Â
Advertisement