Layanan perpesanan instan sperti WhatsApp, Line, WeChat, dan masih banyak lagi adalah jenis-jenis layanan over the top (OTT) yang belakangan kerap diwartakan mengancam eksistensi operator telekomunikasi.
Bahkan menurut data dari lembaga riset Ovum yang dirilis beberapa waktu lalu, pendapatan operator telekomunikasi terancam hilang hingga USD 58 milyar atau sekitar Rp 555 triliun di tahun 2016 mendatang.
Namun Presiden Direktur Ericsson Indonesia Sam Saba mengatakan, sebenarnya penyedia layanan OTT dan operator telekomunikasi dapat saling mendukung satu sama lain.
"Sebenarnya ada cara yang dapat ditempuh operator untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh layanan OTT. Salah satunya adalah dengan berkolaborasi dan menetapkan profit sharing antara penyedia layanan OTT dan operator, " jelas Sam Saba.
Hal itu pulalah yang saat ini sedang dilakukan oleh Ericsson. Mereka diketahui saat ini sedang memulai merambah bisnis OTT jenis layanan TV streaming setelah sukses mengakuisisi pengembang platform 'TV Anywhere' bernama Azuki Systems Inc.
Ericsson mencoba bekerjasama dengan sejumlah operator layanan seluler di Indonesia untuk mewujudkan sebuah produk paket data internet terjangkau yang dikhususkan untuk layanan TV streaming.
Dengan model binis seperti ini, keberadaan layanan OTT justru diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan pengguna layanan data internet yang diselenggarakan operator telekomunikasi.
Baca juga:
2019, Pengguna Smartphone Capai 5,6 Miliar
Pengguna Aplikasi Perangkat Mobile Bertumbuh Pesat
Ini yang Harus Dilakukan Agar Layanan OTT Tak Rugikan Operator
Layanan OTT Ancam Operator Merugi Rp 555 Triliun
Bahkan menurut data dari lembaga riset Ovum yang dirilis beberapa waktu lalu, pendapatan operator telekomunikasi terancam hilang hingga USD 58 milyar atau sekitar Rp 555 triliun di tahun 2016 mendatang.
Namun Presiden Direktur Ericsson Indonesia Sam Saba mengatakan, sebenarnya penyedia layanan OTT dan operator telekomunikasi dapat saling mendukung satu sama lain.
"Sebenarnya ada cara yang dapat ditempuh operator untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh layanan OTT. Salah satunya adalah dengan berkolaborasi dan menetapkan profit sharing antara penyedia layanan OTT dan operator, " jelas Sam Saba.
Hal itu pulalah yang saat ini sedang dilakukan oleh Ericsson. Mereka diketahui saat ini sedang memulai merambah bisnis OTT jenis layanan TV streaming setelah sukses mengakuisisi pengembang platform 'TV Anywhere' bernama Azuki Systems Inc.
Ericsson mencoba bekerjasama dengan sejumlah operator layanan seluler di Indonesia untuk mewujudkan sebuah produk paket data internet terjangkau yang dikhususkan untuk layanan TV streaming.
Dengan model binis seperti ini, keberadaan layanan OTT justru diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan pengguna layanan data internet yang diselenggarakan operator telekomunikasi.
Baca juga:
2019, Pengguna Smartphone Capai 5,6 Miliar
Pengguna Aplikasi Perangkat Mobile Bertumbuh Pesat
Ini yang Harus Dilakukan Agar Layanan OTT Tak Rugikan Operator
Layanan OTT Ancam Operator Merugi Rp 555 Triliun