Perjuangan Karisma Evi Menjadi Atlet Para Hingga Sabet Medali Emas Asian Games 2018

Karisma Evi Tiarani berhasil membawa emas di cabang olah raga atletik nomor lari 100 meter kategori T47/T63 dengan catatan waktu 14,98 detik. Evi mengungguli dua atlet Jepang yang masing-masing harus puas kebagian perak dan perunggu.

oleh Liputan6.com pada 11 Okt 2018, 11:01 WIB
Diperbarui 11 Okt 2018, 15:14 WIB
Atletik Kembali Berjaya, Tiarani Karisma Sukses Meraih Emas
Karisma Evi Tiarani berhasil membawa emas di cabang olah raga atletik nomor lari 100 meter kategori T47/T63 dengan catatan waktu 14,98 detik. Evi mengungguli dua atlet Jepang yang masing-masing harus puas kebagian perak dan perunggu.

Liputan6.com, Jakarta Karisma Evi Tiarani berhasil membawa emas di cabang olah raga atletik nomor lari 100 meter kategori T47/T63 dengan catatan waktu 14,98 detik. Evi mengungguli dua atlet Jepang Kaeda Maegawa dan Tomawi Tozawa yang masing-masing harus puas kebagian perak dan perunggu.

Melihat pencapaian ini Evi semakin optimis melanjutkan prestasinya di Paralimpiade 2010.

"Insya Allah selanjutnya ingin mengejar Paralimpiade. Pesan untuk disabilitas di luar sana, kita semua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia walaupun ditengah keterbatasan, harus tetap melakukan yang terbaik," kata Evi.

Evi bercerita bahwa pengorbanan untuk merebut emas Asian Para Games 2018 tidak main-main. Dia harus mengorbankan jam sekolahnya, dan hanya datang untuk mengikuti ujian.

"Pengorbanan terbesar itu meninggalkan sekolah, jadi saya berangkat sekolah itu pas ujian saja. Banyak pelajaran yang agak tertinggal," ujar Evi usai berlomba di Stadion Utama GBK pada Rabu, 10 Oktober 2018 dalam rilis yang diterima dari INAPGOC.

Evi mengaku hanya memiliki waktu sedikit untuk belajar karena persiapan menuju Asian Para Games 2018. Karena, gadis yang tengah menempuh sekolah kelas 3 SMA itu agak kurang bisa fokus jika harus melakukan sesuatu yang bercabang.

"Harus fokus satu saja," lanjut Evi. Tapi, dia mengatakan bahwa guru tetap memberikan semangat dengan apa yang dilakukan Evi.

Selain sekolah, Evi juga tidak banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Selama sembilan bulan proses latihan untuk persiapan Asian Para Games di Solo, dia hanya bertemu dengan Ibunya pada waktu libur saja. Namun, Evi bersyukur, karena pada saat berlaga di arena lari, ibunya hadir langsung menonton.

"Ibu hadir, tapi sebelum bertanding belum sempat ketemu, belum sempat ngobrol. Ibu datang sendiri, tadi bersama pelatih. Aku minta ibu datang, jadi tambah semangat," lanjut gadis kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, pada 19 Januari 2001 itu.

Saat ini Evi tengah menempuh pendidikan di SMA Negeri 8 Surakarta kelas 12 IPA. Dengan modal dispensasi dari sekolah untuk berjuang membawa nama Indonesia.

Evi mengaku hanya memiliki waktu sedikit untuk belajar karena persiapan menuju Asian Para Games 2018. Karena, gadis yang tengah menempuh sekolah kelas 3 SMA itu agak kurang bisa fokus jika harus melakukan sesuatu yang bercabang.

"Harus fokus satu saja," lanjut Evi.

Tapi, dia mengatakan bahwa guru tetap memberikan semangat dengan apa yang dilakukan Evi.

Evi berhasil membawa emas di cabang olah raga atletik nomor lari 100 meter kategori T47/T63 dengan catatan waktu 14,98 detik. Dan mengalahkan dua atlet Jepang Kaeda Maegawa dan Tomawi Tozawa yang masing-masing kebagian perak dan perunggu.

 

Pelari Indonesia, Tiarani Karisma Evi melakukan selebrasi usai meraih medali emas Asian Para Games cabang atletik nomor lari 100 meter T42 / T63 di SUGBK, Jakarta, Rabu (10/10). Evi mencatatkan waktu 14,98 detik. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Selain sekolah, Evi juga tidak banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Selama sembilan bulan proses latihan untuk persiapan Asian Para Games di Solo, dia hanya bertemu dengan Ibunya pada waktu libur saja. Namun, Evi bersyukur, karena pada saat berlaga di arena lari, ibunya hadir langsung menonton.

"Ibu hadir, tapi sebelum bertanding belum sempat ketemu, beluk sempat ngobrol. Ibu datang sendiri, tadi bersama pelatih. Aku minta ibu datang, jadi tambah semangat," lanjut gadis kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, pada 19 Januari 2001 itu.

Saat ini Evi tengah menempuh pendidikan di SMA Negeri 8 Surakarta kelas 12 IPA. Dengan modal dispensasi dari sekolah untuk berjuang membawa nama Indonesia.

Gadis yang memfavoritkan mata pelajaran kimia itu memiliki cita-cita membahagiakan orang tuanya. Selama berlatih, Evi juga meninggalkan kakak laki-lakinya bernama Gilang, yang saat ini menjadi tumpuan keluarga dengan bekerja di perusahaan tekstil.

Grab sebagai Official Mobile Platform Partner Asian Para Games 2018 juga berkomitmen menyukseskan pagelaran Asian Para Games dengan kembali mengusung tema "Kemenangan Itu Dekat."

Ayah Evi, Rianto, sebelumnya bekerja di pertambangan pasir, tapi, karena faktor usia, Ayahnya berhenti dari pekerjaannya dan ibunya, istiqomah sebagai ibu rumah tangga.

 

Grab Sediakan 20 Mobil Golf Mudahkan Mobilisasi Pengunjung dan Atlet Asian Para Games ke GBK
Grab sediakan sarana fasilitas Grab Gerak dan Golf Car bantu mobilisasi pengunjung dan atlet Asian Para Games ke Gelora Bung Karno.

Grab berpartisipasi diantaranya dengan penyediaan layanan fasilitas Grab Gerak dan Golf Car yang bertujuan memudahkan mobilisasi para pengunjung disabilitas dan atlet Asian Para Games ke Gelora Bung Karno dan tentunya driver transportasi khusus  tersebut pun telah diberikan pelatihan dan sertifikat.

 

(Adv)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya