Bank Dunia Tantang Presiden Baru Naikkan Harga BBM Subsidi

World Bank memandang masalah permanen yang menjadi beban Indonesia dari beberapa tahun lalu adalah mengenai tingginya subsidi untuk BBM.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Mar 2014, 12:17 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2014, 12:17 WIB
Seorang perempuan berbusana kebaya menjalankan tugasnya sebagai petugas pengisi bahan bakar minyak di sebuah SPBU, Jakarta. (ANTARA)

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia memandang masalah permanen yang menjadi beban Indonesia dari beberapa tahun lalu adalah mengenai tingginya subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM).

Salah satu cara jitu yang diusulkan Bank Dunia untuk menyelamatkan fiskal Indonesia kedepan yaitu dengan kembali menaikkan harga BBM Bersubsidi.

"Subsidi BBM adalah topik permanen bagi kami (Bank Dunia) karena ini akan memberikan tekanan terhdap kebijakan demestik," kata Jim Brumby, Lead Economist World Bank di Hotel Intercontinental Mid Plaza, Jakarta, Selasa (18/3/2014).

Dalam hal ini Bank Dunia memiliki dua skenario pilihan yang nantinya bisa diambil oleh pemerintah Indonesia untuk mengurangi jumlah subsidi BBM tersdebut.

"Skenario satu adalah menaikkan harga BBM menjadi Rp 8.500 per liter dan skenario kedua adalah menaikkan subsidi BBM sebesar 50%," jelasnya.

Jim menilai kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah pada Juni 2013 dinilai masih kurang berdampak pada fiskal Indonesia.

Hal itu dibuktikan dengan masih tingginya impor BBM dan kurang ada realisasi kebijakan pendukung untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi tersebut.

"Juni memang harga BBM dinaikkan, tapi hal itu tidak berpengaruh karena disebabkan adanya depresiasi rupiah dan semakin tingginya konsumsi," kata Jim.

Mengingat Indonesia akan menggelar Pemilu pada bulan April dan Juli 2014 maka kebijakan kenaikan BBM itu bisa dilakukan di pemerintahan selanjutnya yang akan dilantik bulan Oktober 2014 dengan melakukan perubahan anggaran (APBNP).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya