Subsidi BBM Buat Energi Baru Terbarukan Mandek

Pada awal 2014, penggunaan energi baru terbarukan memang sudah naik namun masih di bawah 7%.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Mar 2014, 13:29 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2014, 13:29 WIB
Sumur panas bumi (geothermal) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Banjarnegara, Jateng. Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia yaitu sebesar 33 gigawatt.(Antara)

Liputan6.com, Jakarta Niat pemerintah mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan menggenjot energi terbarukan dalam jangka panjang masih sulit terwujud. Energi ramah lingkungan ini takkan berkembang selama subsidi BBM yang diberikan pemerintah masih tinggi.

"Salah satu tantangan terberat untuk meningkatkan renewable energi tadi adalah adanya BBM yang disubsidi, itu karena harga renewable energi ini lebih mahal dari BBM subsidi," kata Evita Legowo, Koordinator Bidang Energi dan Lingkungan Keberlanjutan Swiss German University di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (28/3/2014).

Evita menilai keinginan pemerintah menggenjot penggunaan energi ramah lingkungan seharusnya juga diikuti konsistensi dalam pengendalian subsidi BBM.

Energi baru terbarukan yang dimaksudkan seperti geothermal, tenaga surya, pembangkit tenaga air, mini dan mikro hydro, penggunaan sampah atau biomasa, biofuel, energi angin dan energi laut yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya.

Hingga kini, penggunaan energi baru terbarukan di Tanah Air masih tergolong minim. Pada 2006, penggunaan energi ramah lingkungan masih berada di bawah 6%. Hingga awal 2014, energi baru terbarukan memang sudah meningkat di atas 6% namun masih di bawah 7%.

"Sekarang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang dirancang pemerintah sudah disetujui oleh DPR, di situ justru ditargetkan pada tahun 2025 penggunaan renewable energy bisa mencapai 25%-an," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya