Liputan6.com, Jakarta - Reporter: Septian Deny
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan sebagai regulator berencana untuk merevisi aturan tentang formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas untuk penumpang kelas ekonomi. Revisi ini akan berdampak pada kenaikan tarif batas atas pesawat.
Pengamat Penerbangan Dudy Sudibyo mengatakan bahwa saat ini memang sudah saatnya regulator untuk melakukan peninjauan terhadap tarif batas pesawat. "Kenaikan ini memang perlu ditinjau, karena dalam waktu dekat kita akan menghadapi ASEAN Open Skies 2015, ini supaya maskapai juga bisa bersaing," ujar Dudy saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (18/5/2014).
Dia menjelaskan, mendesaknya kenaikan tarif batas ini dapat dilihat dari beberapa maskapai yang mulai mengurangi frekuensi penerbangannya akibat pendapatan yang diterima tidak mampu mengimbangi kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah serta kenaikan harga avtur.
"Yang menjadi pendorong karena terjadinya depresiasi rupiah dan kenaikan harga avtur. Satu penerbangan yang tertunda di landasan saja bisa merugikan maskapai hingga Rp 10 juta per setengah jam, karena mereka berputar-putar di atas sudah habiskan bahan bakar," jelas Dudy.
Selain itu, Dudy juga mengungkapkan, tarif pesawat di Indonesia saat ini terbilang murah sehingga tidak masalah jika dilakukan kenaikan terhadap tarif batas atasnya. "Di Eropa, terbang satu jam saja bisa sampai sekian juta rupiah, tetapi di sini terbang dari Jakarta ke Surabaya hanya kurang dari Rp 400 ribu, ini kan jauh sekali," kata Dudy.
Meski demikian, jika tarif batas atas nantinya telah secara resmi dinaikkan, pihak maskapai juga mempunyai kewajiban untuk memperbaiki pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada penumpangnya. Hal ini sebagai kompensasi dari kenaikan tersebut.
"Yang perlu diperbaiki maskapai, utamanya soal ontime performance, kemudian fasilitas yang lebih baik seperti kamar kecil selalu bersih, karena saya sering jumpai toiletnya itu basah tidak kering. Kalau seperti itu, kita sebagai penumpang merasa tidak terlayani dengan baik," tandasnya. (Dny/Ahm)