Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah membuka kesempatan bagi investor yang akan membangun kilang sendiri. Demi menarik investor, insentif yang ditawarkan sama dengan kilang yang akan dibangun pemerintah-swasta.
Dirktur Jendral Minyak dan gas bumi Kementerian ESDM A. Edy Hermantoro mengatakan, pemerintah menawarkan swasta untuk membangun kilang yang memproduksi BBM dan petrokimia.
"Insentifnya sama dengan kilang KPS (kerjasama pemerintah swata). Hanya saja, swasta harus mencari sendiri lahan yang akan digunakan," kata Edy dikutip dari situs Resmi Ditjen Migas, di Jakarta, Kamis (14/8/2014).
Menurut dia, hal ini berbeda dengan sistem KPS, yaitu pemerintah menyediakan lahan seluas 900 hektare (ha) di Bontang. “Kalau investor punya lahan sendiri, kita akan tawarkan insentif yang sama dengan kilang KPS. Biar ekonomis,” tutur Edy.
Edy menjelaskan, alasan ekonomis inilah yang membuat Indonesia selalu gagal memiliki kilang minyak baru. Padahal, pembangunan kilang sangat penting untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Terakhir kali kilang minyak dibangun tahun 70-an.
Seperti diketahui, kilang dalam negeri Indonesia saat ini, terutama milik PT Pertamina yaitu kilang Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap dan Balongan. Sementara kilang milik swasta yaitu Tuban/TPPI dan TWU. Satu kilang swasta juga dalam proses pembangunan yaitu TWU II dan direncanakan akan dibangun RFCC Cilacap.
Indonesia perlu memiliki dua kilang minyak baru untuk mengatasi defisit BBM 608 ribu barel per hari. Kapasitas kilang Indonesia saat ini mencapai 1,1157 juta barel per hari (bph). Sedangkan produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam negeri hanya sekitar 649.000 barel per hari. Di sisi lain, kebutuhan BBM dalam negeri mencapai 1,257 juta bph.
Untuk tahun 2015, kapasitas kilang Indonesia diperkirakan sebesar 1,167 juta bph, produksi minyak yang bisa diolah sebesar 719.000 barel per hari. Kebutuhan BBM diperkirakan 1,359 juta bph, sehingga terjadi defisit 640 ribu bph.
Sementara tahun 2025, kapasitas kilang diperkirakan 2,067 juta bph, produksi minyak yang dapat diolah sekitar 1,384 juta barel, konsumsi BBM 2,012 juta barel dan defisit 628 juta bph. (Pew/Ndw)