Inflasi September 0,27% Lebih Rendah dari Perkiraan

BPS melaporkan laju inflasi September 2014 mencapai 0,27 persen, atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,47 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Okt 2014, 11:24 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2014, 11:24 WIB
BPS 2
Ilustrasi BPS (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada September 2014 mencapai 0,27 persen, atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,47 persen. Adapun laju inflasi year on year atau untuk periode September 2013 hingga September 2014 tercatat 4,53 persen.

Sedangkan laju inflasi secara tahun kalender (year to date) tercatat 3,71 persen.  Kepala BPS Suryamin dalam keterangan pers di kantornya, Rabu (1/10/2014),  inflasi September tahun ini jika dibandingkan enam bulan terakhir merupakan level terendah ketiga.

"Kecuali pada September 2011 itu 0,27 persen juga. Pada 2009 sekitar 1,05 persen, kemudian angka inflasi September 2010 sekitar  0,44 persen dan September 2012 sekitar 0,01 persen dan angka inflasi 2013 yaitu deflasi 0,35 persen," kata Suryamin.

Komponen inti pada September 2014 mengalami inflasi sebesar 0,46 persen, tingkat inflasi komponen inti  tahun ke tahun (Agustus 2014 terhadap Agustus 2013) sebesar 4,04 persen.

Dari 82 kota, lanjut dia, tercatat 64 kota kota mengalami inflasi dan 18 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 1,29 persen dan terendah terjadi di Gorolontalo 0,03 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tual 0,89 persen. 

Angka inflasi September ini lebih rendah dari proyeksi para ekonomi yang memperkirakan laju inflasi September 2014 akan bergerak pada rentang 0,3 persen hingga 0,4 persen. Faktor pemicu utama adalah kenaikan tarif transportasi udara akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih meramalkan inflasi di bulan kesembilan ini sebesar 0,33 persen termasuk memperhitungkan kenaikan tarif dasar listrik dan elpiji 12 kilogram (Kg). Sedangkan inflasi tahunan diprediksi 4,5 persen.

"Penyumbang terbesar inflasi berasal dari tarif angkutan. Akibat pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS membuat tarif angkutan naik," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

Tren inflasi di September atau paska Lebaran, kata Lana relatif melambat dibanding bulan lainnya. Kondisi baik ini disokong penurunan harga bahan pangan karena kebijakan impor dari pemerintah.

"Bahan pangan seperti cabai, daging terus diimpor. Mau dari mana asal usul pasokan bahan pangan yang penting inflasi rendah. Itulah pemerintah," tegasnya.

Tidak berbeda jauh, Kepala Ekonom dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto memproyeksikan inflasi di September ini berkisar 0,3 persen hingga 0,4 persen karena sumbangan sektor makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi, konstruksi, serta kenaikan harga elpiji 12 Kg.

(Fik/Ndw)
 
 
* Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya