Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) diyakini akan membawa sektor konstruksi Indonesia tumbuh pesat hingga mencapai puncak.
Itu karena di era kepemimpinannya, Jokowi berkeinginan menggenjot pembangunan baik infrastruktur dasar maupun bangunan yang dapat membawa angin segar bagi para pengembang serta pelaku usaha konstruksi.
Baca Juga
"Saya yakin pemerintahan baru akan mengantarkan sektor konstruksi ke titik puncak. Keyakinan tersebut karena dukungan kekuatan dari rakyat Indonesia dan internasional," kata Country Manager Indonesia BCI Asia, Agus Dinar saat Paparan Construction Outlook Report 2014/2015 di Jakarta, Senin (10/11/2014).
Untuk diketahui, BCI Asia merupakan perusahaan penyedia informasi proyek di Asia Pasifik.
Lebih jauh dia melanjutkan, ada beberapa hal yang menunjukkan pertumbuhan sektor konstruksi di tahun depan.
Advertisement
Di lihat dari kondisi ekonomi makro Indonesia, sambungnya, Produk Domestik Bruto (PDB) negara ini mengalami peningkatan setiap tahun.
Agus menyebut, PDB Indonesia menembus angka Rp 10.500 triliun. Apabila dibagi 255 juta penduduk Indonesia, pendapatan per kapita warga ini mencapai US$ 3.400-US$ 3.500 setiap tahun.
"Inilah yang menjadi dasar kepercayaan diri untuk sektor konstruksi menuju ke puncak. Pertumbuhan PDB juga sebagai dasar permintaan buruh untuk menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang sedang dinegosiasikan Ahok (Plt Gubernur DKI Jakarta) dengan buruh," jelasnya.
Dari sisi inflasi, tahun ini diproyeksikan menyentuh level 6,4 persen atau lebih rendah dari realisasi akhir 2013 yang mencapai 8,4 persen.
Namun tambah Agus, estimasi inflasi kembali melonjak pada tahun depan karena isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Harga BBM naik selalu meningkatkan inflasi. Contohnya di tahun lalu, inflasi naik duluan karena kenaikan harga BBM harusnya April tapi mundur Juni 2013. Jadi kita tidak ingin seperti itu," paparnya.
Sementara pasar konstruksi Indonesia tahun depan, kata Agus, berpotensi mencapai Rp 446,06 triliun atau tumbuh 14,26 persen.
Sedangkan tahun ini, pasar konstruksi hanya tumbuh 5,74 persen atau Rp 390,38 triliun karena kurang penyerapan dan aksi wait and see dari pelaku usaha.
"Pertumbuhan itu masih bagus dan positif. Kalau nggak dijegal parlemen, angka (2015) bisa tembus. Dengan pertumbuhan konstruksi tertinggi di industri hotel 57 persen dan resedensial 33 persen. Keduanya terus jadi primadona konstruksi di Indonesia," tukas Agus. (Fik/Nrm)