Pengamat Sebut Kabinet Kerja Jokowi Cuma Pencitraan

Pencitraan antara lain terlihat dari blusukan yang dilakukan sejumlah menteri Jokowi belum menunjukkan adanya perubahan secara jelas.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 03 Des 2014, 10:16 WIB
Diterbitkan 03 Des 2014, 10:16 WIB
Jokowi-JK Berfoto Bersama Menteri Kabinet Kerja
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berpose bersama para Menteri didampingi pasangannya masing-masing, Jakarta, Senin (27/10/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Sebulan lebih Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) bekerja, mulai dari sibuk menggelar rapat koordinasi, rapat pimpinan sampai blusukan sesuai instruksi Presiden. Namun bagaimana penilaian pengamat maupun pihak lain terkait kinerja tersebut?.

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati menilai kinerja Kabinet Kerja hanya sebuah bentuk pencitraan tanpa upaya konkret.

"Kabinet Kerja hanya pencitraan doang bukan upaya konkret, bukan meningkatkan performa hasil kerjanya," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Rabu (3/12/2014).

Enny mencontohkan, blusukan yang dilakukan sejumlah menteri Jokowi belum menunjukkan adanya perubahan secara jelas.

Terutama terkait permasalahan ekspor yang tengah tertekan akibat pelemahan harga-harga komoditas dan faktor ekonomi negara tujuan utama ekspor Indonesia.

Terpisah, mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Sofjan Wanandi mengimbau seluruh pihak untuk memberi kesempatan pada Kabinet Kerja untuk menunjukkan performanya.

"Saya belum menyoroti kinerja menteri-menteri, kan baru satu bulan. Jonan (Menteri Perhubungan) saja mau menyelesaikan aturan-aturan dulu. Biar dia belajar atau kerja dulu, jangan ditanya mau bikin apa atau minta macam-macam," terang dia.

Kata Ketua Tim Ahli Wakil Presiden ini, banyak pembantu Presiden yang masih harus belajar soal birokrasi pemerintahan. Sebab menuntaskan persoalan ekonomi, tambah Sofjan, bukan seperti membalikkan telapak tangan.

"Kalau ekonomi itu, mesti investasi dulu, nanam dulu, lalu dua tahun kemudian baru bisa dirasakan. Seperti pembangunan subway misalnya, orang akan percaya kalau ada kegiatan riilnya walaupun lima tahun lagi subway baru jadi," cetus Sofjan.(Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya