Menkeu Bambang: Operasi Pasar Bikin Inflasi Terjaga

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, operasi pasar yang dilakukan berhasil sehingga dapat mengendalikan harga bahan pokok.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Jul 2015, 20:40 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 20:40 WIB
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (Liputan6.com/Endang)
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (Liputan6.com/Endang)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan inflasi sekitar 0,96 persen selama semester I 2015. Angka ini dinilai rendah lantaran harga bahan pokok yang terjaga.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, inflasi semester I itu merupakan terendah dalam lima tahun terakhir. Selain itu, angka inflasi sepanjang semester I 2015 juga terendah saat masa Ramadan.

"Inflasi semester I 2015 mencapai 0,96 persen. Angka ini di bawah satu persen selama 6 bulan pertama," kata Bambang di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Kamis (2/7/2015).

Bambang menambahkan, inflasi rendah pada semester I tersebut, maka akan mendukung target inflasi semester II di kisaran 4,2 persen. "Ini mendukung target inflasi terakhir lebih 4,2 persen, padahal ini Ramadan. Ini baik Juni kedua terendah selama lima tahun terakhir dan Ramdan terendah," tutur Bambang.

Menurut Bambang, inflasi rendah tersebut, disebabkan oleh keberhasilan pemerintah untuk melakukan operasi pasar, sehingga harga bahan pokok terjaga.

"Operasi pasar berhasil, harga dikendalikan baik cabai, sebagainya, yang harus diapresiasi. Kami berhasil mengendalikan inflasi lebih baik dari sebelumnya," pungkasnya.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi mencapai 0,54 persen pada Juni 2015. Sementara, berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), 76 kota tercatat mengalami inflasi dan 6 kota deflasi. Untuk laju inflasi year on year (Juni 2014-Juni 2015), tercatat mencapai 7,26 persen.

Kepala BPS, Suryamin mengatakan, inflasi paling tinggi terjadi di Sorong sebesar 1,9 persen dan terendah di Palu 0,03 persen. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tual yaitu 0,08 persen. "Deflasi di Tual disebabkan oleh produk ikan yang cukup tinggi suplai ke pasar dalam negeri. Biasa kalau suplai tinggi harga turun," ujar Suryamin. (Pew/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya