2 Juta Hektare Irigasi Selesai Diperbaiki di 2015

Menteri Pertanian Amran Sulaiman tidak segan-segan untuk mengurangi jatah anggaran dinas kementerian untuk pembangunan sektor pertanian.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Agu 2015, 12:25 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2015, 12:25 WIB
Jokowi Letakkan Baru Pertama Saluran Irigasi di Desa Mandor
Presiden Joko Widodo berserta rombongan saat blusukan ke pembangunan saluran irigasi tersier di Bendungan Irigasi Tersier Desa Mandor Kabupaten Landak, Kalbar, Selasa (20/1/2015). (Rumgapres/Agus Suparto)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menargetkan pada 2015 ini luas irigasi tersier yang selesai diperbaiki mencapai 2 juta hektare (ha).

Amran menjelaskan, saat dirinya menerima jabatan sebagai Menteri Pertanian, luas irigasi yang mengalami kerusakan di seluruh Indonesia mencapai 50 persen. Namun dengan target yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berupa perbaikan irigasi sebanyak 1 juta ha per tahun, hingga saat ini sudah ada 1,3 juta ha irigasi yang diperbaiki.

"Jadi 50 persen irigasi rusak di seluruh Indonesia. Tapi Pak Presiden target untuk selesaikan dalam 1 tahun 1 juta ha. Dan sampai saat ini ada 1,3 juta ha irigasi fisik (yang diperbaiki). Tahun ini kami akan selesaikan hingga 2 juta ha," ujarnya di Banda Aceh, seperti ditulis Rabu (5/8/2015).

Selain soal irigasi, beberapa masalah yang di sektor pertanian juga diklaim mulai terselesaikan secara perlahan. Seperti pada ketersediaan alat mesin pertanian (alsintan). Hingga saat ini, Amran menyatakan pihaknya telah membagikan 40 ribu unit alsintan kepada para petani.

"Dulu alsintan itu perbandingannya 1:10 petani. Sekarang ada 40 ribu unit masuk ke petani. Ini terbesar sepanjang sejarah tahun lalu hanya 3 ribu hingga 4 ribu unit," kata dia.

Percepatan juga dilakukan pada proses pengadaan benih, pupuk dan traktor yang selama ini dilakukan dengan tender. Hal ini dinilai memakan waktu sehingga menyebabkan produksi para pertani tidak maksimal.

"Sedangkan pada APBN, (anggaran pengadaan) hanya diselesaikan di jemari (melalui tanda tangan). Jadi setiap tahun kita kehilangan kita Rp 20 triliun. Kalau ini 10 tahun sudah Rp 200 triliun kehilangan kita. Tapi kita berpikir Perpres (Peraturan Presiden) harus dirubah, dan Alhamdulillah berubah jadi penunjukan langsung," tandasnya.

Sebelumnya, Amran menyatakan pihaknya tidak segan-segan untuk mengurangi jatah anggaran dinas kementerian untuk pembangunan sektor pertanian. Dia mengatakan, pihaknya telah memotong anggaran perjalanan dinas  dan seminar di kementeriannya dan mengalihkan anggaran tersebut untuk membangun sistem pengairan bagi lahan pertanian.

"Kalau biaya perjalanan dinas lebih tinggi dari irigasi, ini keliru. Makanya kami ambil Rp 4 triliun dari biaya seminar dan perjalanan dinas untuk irigasi. Makanya saya minta maaf ke dirjen karena diambil anggarannya," ujar Amran.

Dalam kunjungannya ke Klaten ini, Amran juga menerima keluhan dari tenaga penyuluh pertanian soal kelengkapan alat penyuluhan seperti laptop dan proyektor. Namun hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh dia.

Amran menuturkan, membangun sistem pengairan seperti irigasi, buat sumur dan embung jauh lebih penting ketimbang menghabiskan anggaran untuk membeli laptop dan proyektor tersebut.

"Harga laptop berapa? Sekitar Rp 4 juta satu unit. Para petani lebih butuh laptop atau irigasi," kata dia.

Sementara itu, untuk mengurangi potensi impor komoditas pangan yang menjadi bahan kebutuhan pokok masyarakat, Amran menyatakan pihaknya juga akan fokus mengembangkan tujuh komoditas tersebut, antara lain padi jagung, kedelai, cabai, bawang, tebu, daging. "Ini jangan diecer, supaya bisa dikembangkan," tutur Amran. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya