Liputan6.com, Buleleng - Provinsi Bali membutuhkan pasokan listrik sebesar 3.000 megawatt (MW) dalam waktu 10 tahun ke depan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.
Asisten Gubernur Bali Bidang Ekonomi Pembangunan I Ketut Wija mengatakan, Provinsi Bali tidak terlalu besar luas wilayahnya, namun populasi penduduknya cukup banyak ditambah dengan jumlah wisatawan.
"Bali sangat kecil dibanding wilayah Indonesia yaitu 5.600 kilometer persegi (km2) hanya 0,29 persen luas wilayah Indonesia jumlah penduduk 4,2 juta wisatawan asing 4 juta, domestik 7 juta per tahun," kata Wija, saat menghadiri Peresmian, PLTU Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa (11/8/2015).
Advertisement
Menurut Wija, kondisi seperti itu menjadikan pembangunan Bali sangat cepat dan membutuhkan energi yang besar. Bahkan dalam 10 tahun ke depan, kebutuhannya meningkat mencapai 3.000 MW untuk memenuhi pembangunan Bali.
Sementara saat ini kapasitas listrik terpasang di Bali mencapai 785 MW. Sedangkan listrik Bali bersumber dari pembangkit Sanggaran 370 MW, kabel bawah laut Gilimanuk yang memasok listrik dari Jawa ke Bali 340 MW. Kemudian pembangkit Gilimanuk 130 MW dan Pemaron 80 MW.
"Setelah PLTU Celukan Bawang diresmikan ini menghasilkan 380 MW, kita memiliki 1.300 MW. Sebenarnya untuk saat ini sudah cukup. Tetapi melihat perkembangan kedepan kita butuh dua kali lipat dari saat ini," pungkasnya. (Pew/Ndw)