Menunggu Kebijakan The Fed, Rupiah Stabil di 14.450 per Dolar AS

Rupiah terlihat flat pada perdagangan Kamis (17/9/2015) dikarenakan para pelaku pasar menunggu kebijakan suku bunga AS.

oleh Ifsan Lukmannul Hakim diperbarui 17 Sep 2015, 12:38 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2015, 12:38 WIB
Tiga Perbedaan Fisik Uang Kertas Rupiah dan Dolar AS
Tahukah Anda kalau ada beberapa perbedaan fisik antara uang kertas Rupiah dan Dolar AS?

Liputan6.com, Jakarta - Gerak nilai tukar rupiah terlihat mendatar pada perdagangan Kamis (17/9/2015) dikarenakan para pelaku pasar menunggu kebijakan suku bunga yang akan dikeluarkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan dirilis pada jumat dini hari waktu Indonesia. 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.450 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.17 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.435 per dolar AS hingga 14.458 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah melemah tipis 0,06 persen menjadi 14.452 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.442 per dolar AS.

Menurut Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Samual, datarnya pergerakan rupiah pada pagi hingga siang ini dikarenakan para pelaku pasar menunggu pengumuman kebijakan suku bunga AS. David juga memproyeksikan 3 skenario yang mungkin terjadi pada saat The Fed mengumumkan kebijakannya pada Jumat dini hari.

"Pertama skenario Hawkis atau bernada agresif, dimana jika seandainya pengumumkan tersebut menyebutkan inflasi telah mencapai 2 persen, dan kemungkinan akan menaikkan kembali suku bunga pada periode mendatang" kata david.

David juga mengatakan bahwa jika itu terjadi maka kemungkinan besar akan berdampak negatif bagi aset-aset keuangan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dengan adanya skenario tersebut maka ada kemungkinan pelarian dana-dana asing dari portofolio yang ada di Indonesia sehingga akan menekan nilai tukar rupiah.  

Pada skenario kedua, David menjelaskan, jika The Fed masih ragu seperti saat ini, pelaku pasar akan sulit menentukan aksi sehingga gerak pasar tetap fluktuatif, dan berdampak negatif bagi rupiah.

"Pengumuman The Fed akan berdampak positif bagi rupiah jika proyeksi The Fed mengatakan bahwa kenaikan suku bunga AS masih lama, inflasi masih rendah." papar david.

Namun, Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere mengatakan, pelaku pasar lokal sebenarnya tidak perlu kawatir jika nilai tukar rupiah terus melemah bahkan mencapai level 15.000 per dolar AS. Menurutnya, hal tersebut justru positif karena negara lain juga turut melemah.

"Tidak perlu direspon secara negatif, karena mata uang di negara Asia itu juga melemah. Kalau kita menguat sendiri kita tidak kompetitif lagi. Kita harus mengingat itu. kita tidak hidup sendiri. Kita kompetitif dengan negara lain, seperti Thailand, Malaysia dan Singapura," jelasnya.

Ia pun mengatakan jika pelemahan nilai tukar rupiah disikapi dengan panik justru akan memperkeruh nilai tukar rupiah. "BI saja tenang-tenang saja. Memang seharusnya seperti itu karena kalau Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo panik orang akan melihat rupiah mulai tidak terkendali, bahaya. Tapi dia tenang-tenang saja. Saya rasa sikap dia itu baik sekali," paparnya. (Ilh/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya