BPK: Laporan Keuangan Pemerintah Terus Membaik

BPK meminta kepada pemerintah untuk menjaga tren pengelolaan laporan keuangan yang baik.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 12 Okt 2015, 17:57 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2015, 17:57 WIB
Gedung BPK (Ilustrasi)
Gedung Badan Pemeriksa Keuangan (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Harry Azhar Aziz bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, (12/10/2015). Dalam pertemuan tersebut, Harry menyampaikan‎ Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I-2015. Harry ‎menilai, selama satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) laporan pemeriksaan keuangan pemerintah cenderung membaik.

Untuk itu, Harry mengatakan dalam pertemuan dengan Presiden, dirinya meminta agar pemerintah menjaga tren yang baik tersebut. "Memang ada tantangannya, karena di 2015 ini kita mulai mengubah pola pemeriksaan dengan cashbasis menuju akrual basis," ujar Harry usai pertemuan tersebut. ‎

"Dan Presiden memerintahkan kepada Menteri Keuangan dan Mendagri untuk terus menerus (memperbaiki laporan, red), kalau Kemenkeu menyangkut laporan keuangan di Pemerintah Pusat, kalau Kemendagri di Pemerintahan Daerah," kata dia.

Menurut Harry, ada tiga hal terkait laporan keuangan pemerintah itu. Pertama, soal kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Kedua, soal kewajaran harga-harga sesuai dengan framework, dan ketiga soal sistem pengendalian internal yang dikelola oleh inspektorat jendral.‎

“Biasanya kalau Inpektorat Jendral berfungsi dan berjalan dengan baik, maka yang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan biasanya akan turun pelanggarannya. Dan kewajaran tentang harga-harga transaksi belanja dan sebagainya. Juga makin sesuai dengan angka-angka wajar, tidak terjadimark up dsb. Jadi, kecenderungannya, hasil pemeriksaan semester I ini terus membaik," kata mantan Politisi Partai Golkar itu. ‎

Sementara dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I (IHPSI) Tahun 2015 diketahui, untuk pemerintah pusat Kementerian/Lembaga (K/L) yang memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian yang merupakan opini yang terbaik BPK mencapai 71 persen, sebelumnya, 5 tahun yang lalu masih 57 persen.

Sementara, untuk pemerintah daerah mencapai angka 49 persen, sebelumnya (2013) masih 30 persen. Namun diakui Ketua BPK itu, jika Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sejak tahun 2009-2014 masih belum meningkat, masih berstatus wajar dengan pengecualian (WDP). Harry menyebutkan, ada beberapa masalah yang sifatnya masih materialistik yang intinya adalah masih di bawah standar.

“Tadi saya sampaikan kepada presiden mohon Bapak Presiden kepada seluruh K/L mengingatkan terus supaya di tahun 2015 yang akan kita periksa di 2016, opini WDP ini meningkat ke opini WTP,” terang Harry.

Adapun jumlah rekomendasi yang dikeluarkan pada semester I tahun 2015 mencapai 24.169, dengan nilai sebesar Rp15,66 triliun. "Baru ditindaklanjuti sebesar 24 persen, dan itu sudah selesai, tadi Pak Presiden menyampaikan kepada Menteri Keuangan, untuk minta diingatkan lagi agar di Sidang Kabinet berikutnya akan dia (Presiden Jokowi) tekankan betul," ucapnya.

Menurut Harry, sesuai IHPS sebenarnya relatif sama, yaitu masih ada pelanggaran atas peraturan perundang-undangan, yang mencapai 51,12 persen. Artinya, lanjut Harry, bisa saja ada kesengajaan, bisa juga ada kelalaian dari petugas yang mengelola keuangan negara untuk mengikuti aturan-aturan yang sebenarnya tegas tapi sebagian dari mereka ada juga yang tidak paham.

“Itu yang kami minta kepada Presiden supaya, paling tidak dua kementerian yaitu Kemendagri (kementerian Dalam Negeri) dan Kemenkeu (Kementerian Keuangan), terus menerus melatih dan meningkatkan capacity building. Saya juga tadi sampaikan perkembangan tren positif di pemerintah daerah, salah satunya hasil dari kerja Kemendagri,” ungkap Harry.

Mendampingi Presiden Jokowi saat menerima pimpinan BPK itu adalah Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Polhukam Luhut B. Pandjaitan, Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, Menko Perekonomian, dan Wamenkeu Mardiasmo.‎ (Luqman Rimadi/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya