Liputan6.com, New York - Harga minyak mampu kembali menguat setelah sebelumnya sempat terjatuh mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir. Bahkan, dalam perdagangan harga minyak berjangka di Amerika Serikat (AS) sempat menyentuh level di bawah US$ 40 per barel sebelum akhirnya mampu menguat kembali.
Penyebab anjloknya harga minyak pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) masih sama dengan penyebab sebelumnya yaitu kekhawatiran dari pelaku pasar bahwa sedang terjadi kelebihan pasokan minyak di dunia.
Mengutip Reuters, Kamis (19/11/2015), West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi patokan harga minyak di AS ditutup naik 8 sen menjadi US$ 40,75 per barel setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah yaitu US$ 39,91 per barel. Sebelumnya, WTI diperdagangkan di bawah US$ 40 per barel pada 27 Agustus lalu.
Sedangkan minyak Brent yang menjadi patokan harga dunia ditutup naik 57 sen atau 1,3 persen menjadi US$ 44,14 dibantu oleh prospek yang relatif lebih baik di pasar dunia.
Baca Juga
Harga minyak mentah sempat jatuh karena U.S. Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak di AS mengalami kenaikan. "Namun pelaku pasar mencoba untuk menyelamatkan sehingga harga minyak mampu kembali menguat," jelas Broker Komoditas Powerhouse, David Thompson.
Namun, Analis Caprock Risk Management in Frederick, Maryland, AS, Chris Jarvis memperkirakan bahwa dalam beberapa hari ke depan harga minyak akan kembali melemah karena tingginya pasokan di dunia maupun di AS. "Selama ini produksi masih tetap tinggi padahal permintaan masih lemah," jelasnya.
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga minyak mentah juga jatuh menghapus keuntungan yang terjadi usai serangan Paris, Prancis. Penurunan harga juga karena para investor kembali fokus pada kelebihan pasokan minyak global yang tidak menunjukkan tanda-tanda pengurangan.
Analis mengatakan teror yang terjadi di Paris dan serangan Prancis melawan Negara Islam (ISIS) di Suriah, tak mempengaruhi harga minyak yang diprediksi akan tetap rendah untuk sisa tahun ini hingga tahun depan. Itu karena pasar minyak yang tetap kelebihan pasokan. Produksi minyak pada tahun ini diprediksi akan melebihi permintaan sebesar 700 ribu menjadi 2,5 juta barel per hari, menurut perkiraan. (Gdn/Zul)
Advertisement