Jelang Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Perkasa ke 13.623 per Dolar AS

Risiko ketidakpastian terhadap rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Nov 2015, 19:46 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2015, 19:46 WIB
20150923-Dollar-Naik-Jakarta
Seorang teller menunjukan mata uang dollar di konter penjualan mata uang di Jakarta, Rabu (23/9/2015). Pada perdagangan pagi hingga siang ini, rupiah terus bergerak di kisaran 14.577 per dolar AS hingga 14.658 per dolar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sentimen positif baik internal dan eksternal mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menuju akhir pekan ini.

Mengutip data Bloomberg, rupiah menguat 152 poin ke level 13.623 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (20/11/2015) dari penutupan perdagangan Kamis 19 November 2015 di level 13.775 per dolar AS.

Pada Jumat pagi, rupiah juga dibuka menguat 50 poin ke level 13.725. Rupiah sempat berada di posisi terkuat di level 13.597 per dolar AS pada pukul 13.35. Sepanjang Jumat pekan ini, rupiah bergerak di kisaran 13.589-13.775 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah ada di level 13.789 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang ada di level 13.787 per dolar AS.

Analis PT Bank Woori Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, penguatan rupiah terhadap dolar AS karena didukung sentimen positif eksternal dan internal. Risiko ketidakpastian terkait jadwal rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS sudah mereda membuat rupiah menguat.

"Rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS itu merupakan risiko terbesar," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.

Lebih lanjut ia mengatakan, kebijakan ekonomi China juga mendukung penguatan mata uang rupiah. China menurunkan suku bunga dan giro wajib minimum (GWM) sehingga diharapkan dapat meningkatkan stimulus ekonomi.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 7,5 persen. BI juga menurukan giro wajib minimum (GWM) menjadi 7,5 persen sehingga diharapkan dapat mendukung kredit.

Rully memprediksikan, rupiah masih bergerak di kisaran 13.600 per dolar AS pada pekan depan. Meski dibayangi kebutuhan valuta asing membesar menjelang akhir bulan sehingga dapat menekan rupiah, tetapi Rully menilai, Bank Indonesia akan melakukan intervensi sehingga rupiah dapat berada di level 13.600 per dolar AS. (Ahm/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya