Liputan6.com, Jakarta - Pada pertemuan World Trade Organization (WTO) 15 - 19 Desember 2015 lalu di Nairobi, Kenya, Indonesia mempunyai peran sebagai mediator yang diwakilkan oleh Menteri Perdagangan Thomas Lembong. Peran Indonesia sangat penting dalam pertemuan ini.
Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional (KPI) Bachrul Chairi mengatakan, dalam pertemuan tersebut Thomas Lembong adalah salah satu perwakilan yang paling aktif untuk memperjuangkan hasil dari pertemuan tersebut.
"Kita datang untuk mendapatkan hasil, Indonesia pun tidak banyak menuntut, karena hasilnya harus fleksibel," ucap Bachrul Chairi di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Rabu (23/12/2015).
Advertisement
Bachrul menjelaskan, dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) yang dihadiri oleh 164 negara ini. Indonesia dianggap sebagai negara besar karena masuk ke dalam G20. Selain itu, Indonesia juga masuk salah satu negara yang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tertinggi di dunia. Maka dari itu posisi Indonesia dapat diperhitungkan oleh negara maju dan berkembang.
"Karena itu posisi kita diperhitungkan oleh semua pihak, sebab Indonesia salah satu negara PDB tertinggi dunia. Kita sebagai negara berkembang memberikan contoh dengan Pak Menteri membuat pertemuan dengan high liner (petinggi di WTO), sehingga pertemuan tersebut berjalan dengan lancar," ucapnya.
Pertemuan WTO Nairobi ini memunculkan hasil yang cukup positif, hasil tersebut adalah menghapus subsidi ekspor di sektor pertanian. Pemerintah telah lama menunggu kebijakan ini.
"Ini adalah hasil yang luar biasa, perkembangan setelah 20 tahun kongres ini di gelar," tutupnya (Apr/Zul)*