Harga Minyak Jatuh Bakal Ganggu Neraca Perdagangan RI

Kualitas ekspor komoditas Indonesia akan berkurang seiring penurunan harga minyak.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 14 Jan 2016, 09:29 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2016, 09:29 WIB
20151014- Ilustrasi Kelapa Sawit
Ilustrasi Kelapa Sawit

Liputan6.com, Jakarta - Jatuhnya harga minyak dunia bakal menjadi ancaman bagi perekonomian nasional. Pasalnya, harga minyak berkorelasi dengan harga komoditas seperti sawit, emas, dab batu bara. Terlebih, Indonesia sangat bergantung pada komoditas tersebut.

Analis LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo mengatakan, kualitas ekspor komoditas Indonesia akan berkurang seiring penurunan harga minyak.

"Contoh batu bara, nanti mau jualan ke luar negeri tidak akan kompetitif, akan memperburuk pertambangan," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (14/1/2016).

Tak hanya itu, penurunan harga minyak juga berdampak dari sisi impor. Lucky mengatakan turunnya harga minyak juga sejalan dengan  barang impor. Alhasil, negara-negara penyedia barang akan menahan  guna menunggu harga ‎relatif membaik.

"Perusahaan itu, kita lihat berbasis teknologi, Telkom, Indosat, XL karena membeli barang kelengkapan infratruktur," tutur dia.

Dia mengatakan, harga minyak terendah bakal di kisaran US$ 30 per barel pada tahun ini. Hal itu mengingat pasokan minyak sedang melimpah. "Terlalu banyak stok nggak ada yang beli, OPEC banyak menyimpan 5 tahun terakhir," lanjutnya.

Benar saja, penurunan harga komoditas juga membuat penerimaan negara dari bea keluar pun anjlok pada tahun lalu. ‎

Direktur Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Heru Pambudi mengatakan tidak lagi melakukan pungutan terhadap CPO di tahun 2015. Lantaran, harganya di bawah batas pungutan US$ 750 per metrik ton.

Hal itu berpengaruh pada realisasi penerimaan bea keluar ‎2015 sebesar Rp 3,9 triliun dari tahun sebelumnya  Rp 11,3 triliun.

"CPO 2015 sama sekali tidak dipungut, harga pada 2015 karena tidak sampai US$ 750 per metrik ton. Kita dari CPO perkirakan kehilangan Rp 8,1 triliun," katanya.

Dia mengatakan, pelemahan bakal terus berlangsung sehingga tahun ini penerimaan bea keluar dari CPO nihil.

"Ini sudah pertimbangkan 2016 kemungkinan kita tidak bisa memungut bea keluar dari CPO. Penerimaan bea keluar masih bergantung pada minerba, khususnya cangkang dari kelapa sawit, kulit yang ada ekspornya," tandas dia.(Amd/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya