Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Jawa Timur, Tri Rismaharini memutar otak untuk meme‎nuhi kebutuhan listrik kota Surabaya, Jawa Timur.Â
Ia pun berhasil menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan memilih sampah sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Risma mengungkapkan, untuk menjalankan terobosan tersebut tidak mudah. Hal itu lantaran perlu dilakukan perubahan paradigma tentang penggunaan sampah sebagai sumber energi.
Advertisement
"Kita bangun ini tidak mudah, ada perjuangannya," ujar Risma, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (3/5/2016).
Baca Juga
Risma menuturkan, ada empat isu yang diperjuangkan di sini. Salah satunya, lahan. Tata kelola lahan diperlukan agar tak bau, tidak berlendir, dan angkutan sampahnya.Â
Proses pelelangan pun membutuhkan proses cukup lama hingga empat tahun ditambah menuai banyak protes, serta harmonisasi regulasi yang cukup bertele-tele sampai satu tahun.
"Belum lagi hasil lelang, kami sering dikomplain. Sampai-sampai saya dilaporkan ke KPK. Tapi, ya, saya jalani saja, karena saya tidak punya kepentingan di situ," tutur Risma.
Meski menghadapi kesulitan Risma tidak menyerah. Pemerintah kota Surabaya lantas membentuk tim khusus yang diketuai oleh Profesor Joni Hermana pakar Teknik Lingkungan yang sekarang Rektor Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Tim terdiri dari berbagai kalangan, antara lain elemen perguruan tinggi, BPPT, dan lain-lain.
PLTSa Benowo lantas dikerjasamakan pengelolaannya selama 20 tahun kepada PT Sumber Organik sejak 2012 hingga kini sesuai skema bangun guna-serah (Build Operate Transfer/BOT). Seluruh pengelolaan dan sarana-prasarana PLTSa Benowo akan diserahkan ke pemerintah setelah periode kontrak berakhir.
Lingkup kerja sama antara Pemerintah Kota Surabaya dan PT Sumber Organik meliputi pengelolaan TPA, pengembangan dan perbaikan sarana-prasarana baik yang sudah ada atau pun pembangunan baru.
Listrik yang diproduksi PLTSa Benowo masih menunggu kontrak dari PLN meski sudah siap beroperasi.
Kapasitas PLTSa Benowo dengan teknologi sanitary landfill adalah dua Mega Watt (MW), namun listrik yang dihasilkan yang dapat diekspor hanya sebesar 1, 65 MW sesuai isi kontrak dengan PT PLN. Sementara 8,31 MW masih dalam proses pembelian listrik (Power Purchase Agreement/PPA)‎.
Menempati lahan seluas 37,4 hektar yang terletak di Surabaya Barat, pembangkit listrik tenaga sampah mampu menampung 539.343 ton sampah pada 2015. Karakteristik sampahnya adalah 65 persen sampah organik dan 35 persen sisanya anorganik.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman menambahkan, sumber negeri fosil berpotensi memasuki fase krisis, jika tidak melakukan perubahan perilaku dan kebijakan secara fundamental. Sudah saatnya revolusi energi yang tidak lagi menggantungkan pada energi fosil.
Dukungan pemerintah pusat juga dilakukan dengan cara menyederhanakan perizinan dan harmonisasi antar kementerian lembaga. Selain itu, dukungan pemerintah pusat juga diwujudkan dalam bentuk tarif jual listrik yang menarik bagi investor.
"Harus digencarkan di semua lini, di semua sektor, misalnya dengan melakukan konversi BBM ke gas bumi serta memuliakan sampah sebagai sumber energi. Di sinilah Surabaya menempati posisi pionirnya," ujar Sudirman.
Terkait dengan pembelian listrik oleh PLN, Sudirman akan mengingatkan Direktur Utama PLN Sofyan B. ‎untuk menyelesaikan pembelian listrik. "PLTS Benowo menunggu PLN tanda tangan kontrak, kita ingetin dirutnya ngecek itu, tapi kita tahu PLN banyak pekerjaan," tutur Sudirman. (Pew/Ahm)