Tak Punya Cadangan Penyangga, Stok BBM RI Masih Bermasalah

Sebagian besar negara di dunia rata-rata memiliki cadangan minyak atau BBM strategis lebih dari 3 bulan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 12 Mei 2016, 10:00 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2016, 10:00 WIB
20160315-Hore, Harga BBM Pertamina Turun Rp 200 Per Liter-Jakarta
Petugas mengisi BBM pada sebuah mobil di salah satu SPBU, Jakarta, Selasa (1/3). Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Pertalite Rp 200 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketahanan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia dinilai menghadapi permasalahan yang cukup serius. Itu karena negara ini tidak memiliki cadangan BBM strategis yang menjadi penyangga nasional akibat keterbatasan infrastruktur.

Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Refomainer Institute Komaidi Notonegoro yang mengatakan, sebagian besar negara di dunia rata-rata memiliki cadangan minyak strategis lebih dari 3 bulan.

"Saat ini cadangan minyak (BBM) Indonesia hanya sebatas cadangan operasional, yang mana cadangan tersebut adalah stok minyak Pertamina (secara korporasi), bukan secara khusus disiapkan oleh pemerintah," kata Komaidi di Jakarta, Kamis (12/5/2016).

Dari penelusuran, menurut dia, masalah utama ketiadaan cadangan penyangga BBM adalah karena keterbatasan infrastruktur. Dalam hal ini tangki timbun yang saat ini hanya cukup untuk menampung 4,8 juta Kilo Liter (KL) BBM setara dengan 23 hari.

Dengan pertumbuhan konsumsi BBM seperti saat ini, kebutuhan tangki timbun pada 2020 minimal akan mencapai 7,3 juta KL. "Dalam hal ini infrastruktur tangki timbun ini sebagian besar juga milik Pertamina," ungkap dia.

‎Selain itu, kapasitas kilang Indonesia saat ini juga tercatat dalam kondisi defisit. Informasi yang ada menunjukkan kapasitas kilang minyak Indonesia saat ini sebesar 1.043 ribu barel per hari yang lebih dari 90 persen diantaranya merupakan kilang Pertamina. Sementara kebutuhan Indonesia saat ini adalah sekitar 1.578 ribu barel.

Tantangan ke depan untuk penyediaan kilang akan semakin besar. Berdasarkan proyeksi supaya tidak tergantung terlalu besar terhadap impor BBM kebutuhan kapasitas kilang pada 2030 mendatang minimal sekitar 2,6 juta barel per hari.

Selain permasalahan kapasitas kilang dan tangki timbun BBM, dalam beberapa waktu ke depan Indonesia juga akan dihadapkan pada masalah ketersediaan infrastruktur distribusi BBM. Dengan kondisi wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan, infrastruktur distribusi BBM akan menjadi tantangan dan masalah tersendiri.

Dalam beberapa waktu ke depan, pilihan infrastruktur distribusi BBM antara menggunakan moda darat, laut, atau jalur pipa kemungkinan akan menjadi diskusi yang tidak dapat terhindarkan.(Pew/Nrm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya