Liputan6.com, Jakarta Harga Batubara Acuan (HBA) untuk penjualan langsung (spot) pada titik serah penjualanFree onBoard (FOBvessel) periode Juni sebesar US$ 51,81 per ton. Angka ini naik US$ 0,61 atau 1,2 persen dibandingkan Mei yang sebesar US$ 51,2 per ton.
Meski naik, bila dibandingkan dengan Mei 2015 yang sebesar US$ 59,59 (year on year), harga batu bara Juni tahun ini turun US$ 7,78 atau 13,1 persen, seperti mengutip situs resmi Kementerian ESDM, Kamis (16/6/2016).
Baca Juga
Nilai HBA adalah rata-rata dari 4 indeks harga batubara yang umum digunakan dalam perdagangan batubara yaitu, Indonesia Coal Index, Platts59 Index, New Castle Export Index, dan New Castle Global Coal Index.
Advertisement
Baca Juga
HBA menjadi acuan harga batu bara pada kesetaraan nilai kalor batubara 6.322 kkal/kg Gross As Received (GAR), kandungan air (total moisture) 8persen, kandungan sulphur 0,8 persen as received (ar), dan kandungan abu (ash) 15 persen ar.
Berdasarkan HBA selanjutnya dihitung Harga Patokan Batubara (HPB) yang dipengaruhi kualitas batubara yaitu nilai kalor batubara, kandungan air, kandungan sulphur, dan kandungan abu sesuai dengan merek dagang utama batubara yang disebut dengan HPB Marker.
HPB Marker terdiri dari 8 brand batubara yang sudah umum dikenal dan diperdagangkan. HPB Marker Juni 2016 untuk 8 brand batubara dalam USD/Ton adalah sebagai berikut :
Gunung Bayan IÂ Â Â Â : 55,32 (naik 1,2% dibandingkan HPB Mei 2016)
Prima Coal           : 57,32 (naik 1,1% dibandingkan HPB Mei 2016)
Pinang 6150Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 51,82 (naik 1,1% dibandingkan HPB Mei 2016)
Indominco IM_East : 42,65 (naik 1,2% dibandingkan HPB Mei 2016)
Melawan Coal         : 42,88 (naik 1,0% dibandingkan HPB Mei 2016)
Enviro Coal             : 41,28 (naik 1,0% dibandingkan HPB Mei 2016)
Jorong J-1Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 33,19 (naik 0,9% dibandingkan HPB Mei 2016)
Ecocoal                   : 30,63 (naik 0,9% dibandingkan HPB Mei 2016)
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) sebelumnya menyatakan anjloknya harga batu bara akan membuat produsen batu bara mengurangi produksi sehingga cadangan pun ikut berkurang. Pengurangan ini akan sangat berpengaruh ke sektor kelistrikan yang menjadi konsumen batu bara.Â
Direktur Eksekutif APBI Supriyatna Suhala mengatakan, penurunan harga batu bara membuat kinerja sektor hulu batu bara tidak optimal. Pasalnya, biaya eksplorasi batu bara sudah tidak sesuai harga keekonomian. Saat ini harga batu bara berada di kisaran US$ 50 per ton.
"Jangan sampai banyak persepsi mengatakan kalau harga batu bara murah itu bagus untuk listrik. Kalau murah terus sektor hulunya tidak survive kita terpaksa menambang yang cetek saja," dia.