Dana Asing Masuk ke RI Rp 110 Triliun Selama 7 Bulan

Bank Indonesia (BI) menyatakan aliran dana asing yang masuk (capital inflow) ‎ke Indonesia telah mencapai Rp 110 triliun

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 25 Jul 2016, 11:00 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2016, 11:00 WIB
[MARKET REVIEW] Aksi Beli Investor Asing Topang IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung melemah tipis 0,55% dalam sepekan seiring dana asing masih masuk ke bursa saham Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan aliran dana asing yang masuk (capital inflow) ‎ke Indonesia telah mencapai Rp 110 triliun atau setara dengan US$ 8,5 miliar hingga Juli 2016. Banjir dana tersebut merupakan efek positif dari pengesahan Undang-undang Pengampunan Pajak (UU Tax Amnesty) yang mampu membawa penguatan kurs rupiah.

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung mengungkapkan, prediksi penundaan kenaikan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) maksimal satu kali di tahun ini akan mendorong peningkatan aliran dana ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dilakukan The Fed merespons keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit.

"Sampai saat ini, capital inflow yang masuk ke Indonesia mencapai US$ 8,5 miliar atau lebih dari Rp 110 triliun. Makanya usai Brexit, kurs rupiah menguat" kata dia saat menjadi pembicara di Seminar Perkembangan Indonesia Terkini: Tantangan dan Peluang di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (25/7/2016).

Lebih jauh diakui Juda, usai Brexit, nilai mata uang Garuda terus terkerek naik. Sementara dari faktor domestik, pendorong utama banjir dana asing masuk ke Indonesia karena rencana implementasi UU Tax Amnesty.

"Inflow sangat besar karena faktor pendorong penuhnya berasal dari tax amnesty di samping faktor dari global lainnya, seperti penundaan Fed Fund Rate, berlanjutnya kebijakan easing dari negara lain, seperti Jepang dan Eropa," terang dia.

‎Menurut Juda, Indonesia merupakan salah satu negara tujuan aliran dana asing dari pelaku pasar ke depan, selain Filipina dan India. Alasannya, dia bilang, karena fundamental makro dan prospek ekonomi Indonesia semakin membaik dibandingkan negara lain.

Hal itu, kata Juda ditunjukkan dari‎ terjaganya inflasi 4 persen sepanjang tahun, defisit transaksi berjalan yang diprediksi 2,2 persen di 2016 dan kuartal II-2016 mencapai 2,1 persen. Likuiditas terjaga sehingga tidak ada pengetatan di pasar uang dan perekonomian.

"‎Fundamental makro Indonesia semakin membaik, defisit transaksi berjalan, inflasi sehingga uang masuk diprediksi terus mengalir. Indonesia menjadi destinasi inflow ke depan, bersama India, dan Filipina karena dianggap punya fundamental dan prospek ekonomi yang lebih baik dibanding negara lain," jelas Juda.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya