Liputan6.com, Jakarta - Menjaga sistem keuangan menjadi salah satu faktor pendorong terciptanya iklim ekonomi yang baik. Oleh sebab itu, Bank Indonesia (BI) mengajak seluruh pihak yang terkait untuk berkoordinasi menciptakan sistem keuangan yang stabil.Â
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, stabilitas keuangan bukan hanya dibebankan kepada satu institusi saja. Perlu koordinasi dalam hal ini Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) menjaga stabilitas sistem keuangan.
"Dalam Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK) perlu koordinasi BI, OJK, LPS, (pemerintah), untuk perkuat sistem keuangan. Ini era baru di Indonesia," ujar Perry, seperti ditulis Selasa (2/8/2016).
Advertisement
Baca Juga
Menjaga stabilitas sistem keuangan bukan merupakan isu di Indonesia saja namun menjadi isu utama yang dihadapi seluruh dunia. Isu itu pun jadi alasan diangkat dalam seminar Bank Indonesia-Federal Reserve Bank of New York.
Perry menuturkan, lewat diskusi itu belajar dari kebijakan bank sentral dari negara maju antara lain bank sentral Amerika Serikat (AS) dengan quantitative easing (QE). Quantitative easing tersebut pun masih dijalankan oleh bank sentral Jepang dan Eropa.
Sedangkan dari sisi Bank Indonesia (BI), Perry menuturkan langkah dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan seperti menurunkan suku bunga acuan atau BI rate pada tahun lalu. "Penurunan suku bunga sebagai relaksasi, tambah likuiditas kebijakan mix," ujar dia.
Tak hanya suku bunga, BI juga menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Meski begitu, Perry menuturkan dari makro ekonomi juga perlu peran pemerintah bagaimana menciptakan permintaan. Karena itu butuh optimalkan stimulus fiskal dan restrukturisasi reformasi. Hal ini, menurut Perry jadi kunci kestabilan dan pertumbuhan ekonomi.
"Fiskal stimulus create demand. Namun pemerintah juga melakukan deregulasi yang sudah dilakukan paket kebijakan hingga 12. Pak Darmin juga akan meluncurkan paket ke-13," ujar Perry.
Bank Indonesia (BI) pun mengapresiasi langkah pemerintah melakukan program pengampunan pajak atau tax amnesty. Perry menuturkan, ada sejumlah manfaat dari tax amnesty tersebut. "Menambah pendapatan dari pajak. Kedua mendorong financing untuk pertumbuhan, dan ketiga dana repatriasi dapat mengembangkan pasar keuangan," kata dia.
Gubernur Bank Indonesia Agus Marwardojo juga menekankan Bank Indonesia juga memperkuat kebijakan antara lain suku bunga, capital outflow management, cadangan devisa dan makro prudensial. Namun juga perlu peran otoritas lain. (Ahm/Gdn)